visfmbanyuwangi.com – Stok hewan Sapi, Kambing dan Domba di Banyuwangi untuk kurban Hari Raya Idul Adha mencapai 60 ribu ekor, sedangkan kebutuhan dalam setiap kali Idul Adha hanya sekitar 2.800 ekor.
Angka kebutuhan ini mengacu pada data di tahun 2022 lalu. Sehingga stok hewan ternak untuk kurban di Banyuwangi dinilai sangat mencukupi.
Plh Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Banyuwangi, drh Nanang Sugiharto mengatakan, populasi ternak Sapi hingga memasuki pertengahan 2023 ini mencapai 136 ribu ekor yang tersebar di 25 kecamatan se Banyuwangi.
“Yang terbanyak, populasinya ada di Kecamatan Wongsorejo mencapai 20 ribu ekor dan Kecamatan Kalipuro sebanyak 20 ribu ekor,” kata Nanang.
“Dari 136 ribu ekor populasi sapi itu, sekitar 600 an ekor adalah jenis sapi rambon yang tersebar di wilayah Kecamatan Licin, Glagah, Giri, Kalipuro, Rogojampi, Singojuruh dan Kabat,” paparnya.
Memang selama ini, sapi jenis rambon masih diminati oleh masyarakat suku Osing Banyuwangi. Yang digunakan sebagai pekerja untuk membajak sawah karena kwalitas tenaganya sangat luar biasa untuk pertanian.
“Selain itu, kwalitas dagingnya juga sama dengan sapi dari Bali. Masyarakat suku Osing Banyuwangi masih banyak yang berternak sapi jenis rambon untuk membantu pekerjaannya di sawah,” jelas Nanang.
Lebih lanjut Nanang mengatakan, jika berbicara stokis kurban di Banyuwangi sekitar 27 ribu ekor sapi, kambing 23 ribu ekor dan domba sebanyak 20 ribu ekor.
“Mengacu pada kebutuhan di tahun 2022 lalu, di Banyuwangi hanya sekitar 2.800 ekor dalam setiap kali Hari Raya Idul Adha. Kami pastikan stok hewan ternak untuk kurban di Banyuwangi sangat cukup,” tegas Nanang.
Sementara itu, Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Banyuwangi telah menggelar sidak ternak kurban menjelang Hari Raya Idul Adha, sebagai upaya mengantisipasi Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang masih rawan muncul. Mengingay Banyuwangi masih masuk zona merah. Artinya, masih rawan munculnya kasus. Apalagi, secara regional Jatim, kasus PMK masih kategori siaga.
Sweeping ini menyasar seluruh pedagang ternak kurban yang menjamur di Bumi Blambangan. Petugas memeriksa ketat seluruh ternak yang ditawarkan pedagang. Sasarannya, pemeriksaan kondisi fisik ternak. Terutama, kondisi gigi yang harus poel.
Pemeriksaan ini menggunakan metode post mortem. Artinya, petugas hanya memeriksa kondisi luar ternak. Mulai asal-usul ternak, cara perawatan dan kondisi fisik ternak. Kegiatan ini sekaligus mengantisipasi kemungkinan ternak terjangkit PMK.
Selain pemeriksaan fisik, juga akan dilakukan pemeriksaan ante mortem saat pemotongan hewan kurban. Kegiatan ini dilakukan di setiap masjid yang melakukan kurban, untuk memastikan daging yang akan dibagikan ke warga dalam kondisi sehat.