Sebulan, Warga Desa Kluncing Mampu Produksi 5 Ton Gula Merah Aren Organik

ilexvis

visfmbanyuwangi.com – Selain dikenal dengan destinasi wisatanya, produk pertanian dan perkebunan Kabupaten Banyuwangi juga layak diacungi jempol. Seperti di Desa Kluncing, Kecamatan Licin yang dikenal sebagai desa produsen gula aren organik di Banyuwangi.

Terletak di lereng Gunung Ijen, Desa Kluncing berada sekitar 500 meter di atas permukaan laut (mdpl).

Penduduk di Desa Kluncing rata-rata berprofesi sebagai petani. Namun, tidak semua lahan di desa ini menjadi sawah padi. Salah satu tanaman yang juga banyak ditemui di daerah ini adalah pohon aren.

Hal inilah yang kemudian mendorong maraknya produsen gula aren di wilayah Desa Kluncing.

Salah satu produsen adalah Kelompok Tani (Poktan) Bukit Hijau. Beranggotakan 30 petani gula aren. Dalam sebulan, mereka mampu memproduksi sebanyak 5 ton gula merah aren organik.

Bupati Banyuwangi ipuk Fiestiandani sempat mengunjungi Poktan Bukit Hijau di sela program Bupati Ngantor di Desa (Bunga Desa) di Desa Kluncing, Kecamatan Licin.

Kepada Bupati Ipuk, Ketua Poktan Bukit Hijau, Sholeh mengaku, produk dirinya sudah organik. Dan sudah mendapatkan sertifikat organik yang cukup ketat, dari Lembaga Sertifikasi Organik Seloliman (Lesos) sejak 2012.

“Karena kalau organik itu harus benar-benar terjaga dari hulu ke hilir supaya tidak terkontaminasi bahan-bahan non organik,” kata Sholeh.

“Gula aren kami murni dari air nira yang dipanaskan. Tak ada tambahan sulfit maupun bahan kimia lainnya,” imbuh Sholeh.

Gula aren tersebut diolah dari nira pohon aren yang memang banyak dijumpai di Desa Kluncing. Di desa ini terdapat 1.500 pohon aren yang tumbuh liar. Selain itu juga terdapat sekitar 400 pohon aren yang ditanam oleh warga. Total ada 1.900 pohon aren di wilayah Desa Kluncing.

Setiap hari, masing-masing petani gula aren bisa memperoleh 20 liter nira yang disadap pada pagi dan sore hari. Nira ini kemudian dipanaskan dan dikumpulkan hingga menunggu waktu produksi.

Sholeh menceritakan, dirinya bisa memproduksi rata-rata 50 liter dalam setiap tiga hari.

“Ini bisa menghasilkan kurang lebih 25 log gula aren berbentuk tabung dengan panjang kurang lebih 15 cm, atau setara 17,5 kilogram. Dalam sebulan, kami bisa memproduksi sekitar 7.500 log gula aren organik,” papar Sholeh.

Selain wilayah Banyuwangi, pemasaran gula aren hasil produksi mereka sudah merambah ke sejumlah daerah tetangga. Di antaranya Malang, Situbondo, Surabaya.

Selain proses pembuatan gula aren yang dibuat secara organik, Poktan Bukit Hijau juga menggunakan pupuk organik untuk pohon nira di desa itu. Pupuk organik tersebut dibuat oleh mereka sendiri yang terbuat dari kotoran hewan ternak milik anggotanya. Setiap hari, poktan bisa mengumpulkan 50 karung kotoran kambing.

“Pupuk organik produk kami juga laku di pasaran. Dijual di Banyuwangi dan Situbondo. Biasanya untuk tanaman hortikultura, seperti durian, manggis, petai, jengkol, dan cabai,” cerita Sholeh.

Sementara, Bupati Ipuk mengapresiasi komitmen Poktan Bukit Hijau dalam mempertahankan kualitas gula organiknya.

“Kualitas gula aren di Desa Kluncing ini sangat bagus karena diolah secara organik. Terbukti sudah 10 tahun bisa mempertahankan sertifikasi organik dari Lesos,” ungkap Bupati Ipuk.

Dalam kesempatan itu, Bupati Ipuk juga menyerahkan bantuan kepada para petani gula aren. Bantuannya berupa peralatan untuk meningkatkan usaha mereka, seperti pisau penderes kelapa, ratusan jerigen, dan cetakan gula.

Tak hanya gula aren, sebenarnya masih banyak potensi yang bisa dinikmati ketika berkunjung ke Desa Kluncing.

Tak hanya areal persawahan terasering, namun kolam ikan jernih yang mengalir sepanjang rumah penduduk di salah satu dusunnya. Kawasan ini menjadi daya tarik tersendiri bagi pelancong, karena kejernihan air kolamnya meski berada di kawasan pemukiman warga.

Share this Article
Leave a comment