visfmbanyuwangi.com – Kelompok tani di Banyuwangi mengembangkan bawang merah semi organik dan dengan cara ini mampu menghasilkan rata-rata 14,2 ton per hektar.
Pengembangan semi organik ini dalam upaya untuk memperkuat produksi. Mengingat Kabupaten Banyuwangi merupakan salah satu sentra bawang merah di Jawa Timur.
Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani ikut serta dalam panen raya bawang merah di Desa Bimorejo, Kecamatan Wongsorejo. Turut hadir dalam panen raya tersebut Kepala BI Kantor Perwakilan Jember, Gunawan.
Dalam kesempatan itu, Bupati Ipuk mengaku sangat mengapresiasi apa yang dilakukan oleh petani di Desa Bimorejo, yang mulai berani mengurangi penggunaan bahan-bahan kimia.
“Kami akan mendukung apa yang dilakukan petani disini. Bahkan akan menjadi percontohan sentra bawang merah lainnya di Banyuwangi,” ujar Bupati Ipuk.
Budidaya bawang merah tersebut dilakukan oleh 40 petani yang tergabung dalam kelompok Kijang Kencono, di lahan seluas 20 hektare.
Pengembangan bawang merah di lahan ini menggunakan prinsip-prinsip budidaya organik. Sebagian mulai menggunakan pupuk organik, lahan ditutup dengan mulsa plastik, dan diawali dengan pengapuran lahan yang tidak dilakukan pada budidaya secara konvensional.
Bawang merah di desa ini menggunakan varietas Tajuk. Dibandingkan varietas lokal, varietas ini memiliki usia tanam lebih pendek antara 65-70 hari, dengan produktivitas lebih tinggi, yakni 12-14 ton per hektare.
Dengan pertanian semi organik ditunjang jenis varietas tersebut, produktivitas bawang merah poktan Kijang Kencono rata-rata 14,2 ton per hektar. Meningkat dari sebelumnya sekitar 8 ton per hektar. Produktivitas tersebut juga lebih tinggi dibanding rata-rata kabupaten Banyuwangi diangka 11,6 ton per hektar.
Dengan demikian apabila di rata-rata, dengan harga pasar bawang merah Rp 11.000 per kilogram, kelompok tani ini mampu menghasilkan Rp. 3,12 miliar. Selain di Wongsorejo sentra bawang merah di Banyuwangi, juga ada di Kecamatan Muncar, Tegaldlimo, dan Srono.
Bupati Ipuk menyampaikan bahwa melihat hasil ini, pemkab akan memperluas percontohan pertanian organik ini di sejumlah sentra bawang merah yang lain.
“Tentu butuh proses lama untuk benar-benar murni organik. Ini adalah langkah awal untuk mengarah ke sana. Bawang merah merupakan salah satu komoditas pangan strategis yang sering kali memicu inflasi,” jelas Bupati Ipuk.
“Saya berharap dengan pengembangan bawang merah ini, pasokan bawang merah di Banyuwangi bisa tercukupi. Ini juga sebagai cara untuk mengendalikan inflasi,” imbuhnya.
Sementara, Kepala BI Jember Gunawan mengaku akan memfasilitasi dan membantu petani untuk meningkatkan produksi bawang merah di Banyuwangi.
“Kami akan berkoordinasi dengan kantor perwakilan yang lain untuk menjalin kerjasama antar daerah, sehingga produk surplus dari Banyuwangi bisa dipasok ke daerah lain,” ujar Gunawan.
Plt Kepala Dinas Pertanian dan Pangan, Ilham Juanda, menambahkan total luas tanam bawang merah di Banyuwangi (2022) mencapai 1.178 hektar, dengan produksi mencapai 7.538,4 ton. Sedangkan kebutuhan masyarakat sebesar 4.891,38 ton. Sehingga terjadi surplus 2.647,02 ton.
“Kami memberikan bantuan khusus pengembangan bawang merah, antara lain pupuk organik cair, NPK, mulsa, dolomit, dan pencegahan hama/penyakit,” pungkas Ilham.