Keren. Warga Binaan Lapas Kelas II A Lombok Barat Dibekali Berbagai Keahlian

ilexvis

visfmbanyuwangi.com – Ribuan warga binaan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II A Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) diberikan berbagai pelatihan untuk mengembangkan kreativitas mereka.

Lapas kelas II A Lombok Barat merupakan Unit Pelaksana Teknis Pemasyarakatan di bawah naungan Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia Nusa Tenggara Barat, yang beralamatkan di Dusun Pemangkel, Desa Kuripan Utara, Kabupaten Lombok Barat.

Lapas Kelas II A Lombok Barat ini sebelumnya bernama Lapas Kelas II A Mataram yang berdiri di lahan seluas 5.044 m2.

Gedung ruang tahanannya ada di beberapa titik dengan bentuk bangunan mirip Bunker, sejenis bangunan pertahanan militer.

Dibawah kepempinan Kepala Lapas Ketut Akbar Herry Achjar, Lapas Kelas II A Lombok Barat ini merupakan tempat pembinaan dalam bidang kemandirian yang membekali para warga binaannya dengan berbagai macam keahlian, seperti membatik, membuat furniture, juga memfasilitasi mereka yang mempunyai keahlian di bidang musik dengan dibentuk sebuah grup band yang bernama Jeruji Band.

Dihalaman Lapas, terdapat beberapa petak kolam ikan yang dikelola langsung oleh para warga binaan. Hasilnya, ikan-ikan yang dipanen siap untuk dijual. Bahkan, juga dimanfaatkan untuk lauk pauk warga binaan.

Sementara untuk keahlian membatik, puluhan warga binaan terpilih telah diberikan pelatihan membatik dengan mentor yang didatangkan langsung dari Sumenep, Madura.

Hasilnya, mereka telah berhasil membuat ratusan lembar kain batik dengan berbagai motif unggulan. Seperti motif Putri Mandalika, yang merupakan batik khas masyarakat Lombok dengan desain mirip sirkuit Mandalika.

Juga Batik Gembok, yang singkatan dari Generasi Membatik Lombok karena lapas merupakan tempat tinggal sementara bagi warga binaan. Sehingga Lapas Kelas II A Lombok Barat hanya bisa menciptakan generasi-generasi membatik.

Salah satu warga binaan, Husni mengaku dirinya bersama puluhan warga binaan lain awalnya tidak mengerti dan tidak pernah menggeluti dunia batik sehingga mereka benar-benar belajar dari nol.

“Pak Kepala Lapas memberikan pelatihan selama satu minggu dan langsung praktek. Sampai akhirnya, kami berhasil menciptakan berbagai kreasi motif batik,” ujar pria berusia 54 tahun asal Lombok Barat tersebut.

“Baru kepala lapas ini yang berikan kami pelatihan,” imbuhnya.

Husni menceritakan, awalnya ada 60 orang warga binaan yang mengikuti pelatihan membatik. Namun seiring berjalannya waktu, banyak dari mereka yang mengundurkan diri karena mengaku tidak hobi membatik sehingga saat ini hanya tersisa 8 orang.

“Satu lembar kain putih polos hanya membutuhkan waktu 2 hari untuk bisa menjadi kain batik dengan berbagai motif. Bahkan jika dikerjakan dengan bersungguh-sungguh, satu hari bisa langsung jadi,” kata Husni.

“Hasil batik para warga binaan sini sudah di ekspor ke Singapura dan Cina. Juga memenuhi permintaan dari Jakarta dan sejumlah kota lainnya,” tuturnya.

Husni merupakan tahanan kasus narkoba yang telah di vonis hukuman 8 tahun penjara. Saat ini dia sudah menjalani kurungan 3 tahun 5 bulan.

Untuk itulah, Husni mengaku menghabiskan sisa masa tahanannya ini dengan mengikuti pelatihan membatik supaya tidak stress.
“Saya habiskan sisa hari-hari masa tahanan dengan ikut pelatihan ini supaya tak banyak pikiran kalau hanya berada didalam kamar tahanan,” tutur Husni.

Tercatat, saat ini total jumlah penghuni Lapas Kelas II A Lombok Barat sebanyak 1.484 orang, yang 107 diantaranya adalah napi dan 1.377 sisanya adalah tahanan. Yang didominasi pelaku peredaran dan pemakai narkoba. Sementara untuk kapasitasnya sendiri sejumlah 1.250 orang.

Share this Article
Leave a comment