Keren ! Warga Banyuwangi Buat Sabun dari Sisa Buah dan Sayur

ilexvis

visfmbanyuwangi.com – Warga Banyuwangi memanfaatkan sisa makanan buah dan sayur untuk bahan baku pembuatan sabun. Hal ini sebagai upaya untuk menjaga lingkungan.

Limbah buah dan sayur itu diproses menjadi ekoenzim.  Hasil fermentasi itulah yang kemudian dijadikan sebagai salah satu bahan baku pembuatan sabun.

Eny Kusnanti, pengurus Yayasan Eco Laku Lestari Migunani Banyuwangi, mengaku, produk ini selain bermanfaat untuk tubuh, juga bisa mengurangi limbah makanan.

Yayasan yang bergerak di bidang lingkungan itu sudah dua bulan memproduksi sabun ekoenzim. Sabun-sabun produksi yayasan dimanfaatkan sebagai cinderamata untuk pengunjung yang datang ke sana.

Pihak yayasan juga membuka praktik pelatihan membuat sabun ekoenzim untuk pelajar dan mahasiswa. Cara ini dilakukan untuk mengenalkan sabun yang ramah lingkungan, sekaligus mengampanyekan gerakan peduli lingkungan kepada khalayak.

Sabun ekoenzim berbeda dengan sabun-sabun buatan pabrik yang beredar di pasaran.

“Produk sabun dibuat dengan cara sederhana, namun tidak mudah,” ungkap perempuan yang akrab disapa Yasmin itu.

Membuat sabun ekoenzim membutuhkan kesabaran. Untuk proses fermentasi ekoenzim saja membutuhkan waktu sekitar tiga bulan. Itu baru proses fermentasinya saja.

Proses pembuatan sabun membutuhkan waktu sekitar 1,5 bulan. Lama waktu itu paling banyak untuk menunggu sabun menjadi padat dan siap pakai.

“Ekoenzim dibuat dengan memanfaatkan limbah buah dan sayur yang diproduksi dari dapur yayasan,” kata Yasmin.

Sementara, yayasan yang berada di Jalan Samarinda, Kecamatan Kalipuro itu memiliki area seluas sekitar 3 hektare. Di sana berdiri aneka macam pohon, termasuk tanaman buah dan sayur yang biasa dipanen untuk keperluan sehari-hari. Sisa dari makanan itu kemudian difermentasi untuk menjadi ekoenzim.

Yasmin mengaku, untuk membuat ekoenzim, dirinya mencampur limbah buah dan sayur dengan air serta molase.

“Campuran itu kemudian didiamkan selama tiga bulan sebelum disaring. Hasil saringan fermentasi itulah yang dipakai sebagai salah satu bahan pembuatan sabun ekoenzim,” tuturnya.

Untuk membuat sabun ekoenzim, barang-barang yang dibutuhkan cukup sederhana. Selain ekoenzim, bahan lain yang dibutuhkan hanya Natrium Hidroksida (NaOH) dan minyak kelapa.

Bila ingin memiliki aroma khas, bahan itu bisa dicampur dengan minyak esensial sesuai selera. Bahan-bahan itu dicampur dengan takaran yang pas kemudian ditaruh dalam cetakan dalam bentuk agak kental.

Menurut Yasmin, untuk cetakan nantinya didiamkan selama sekitar 1,5 bulan hingga padat. Setelah itu, baru bisa dipakai.

“Sabun ekoenzim bukanlah produk yang baru. Hanya saja, peminatnya masih terbatas. Maka dari itu, kami ingin memopulerkan kembali penggunaan sabun ekoenzim kepada masyarakat luas,” jelas Yasmin.

Hasilnya kini, mulai banyak mahasiswa yang datang ke yayasan untuk belajar membuat produk tersebut.

Sri Mulyaningsih, mahasiswa Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus Banyuwangi mengaku sengaja datang ke yayasan itu untuk belajar membuat sabun ekoenzim bersama rekan-rekannya.

“Sebelum datang ke sana, saya sekadar tahu soal sabun ekoenzim. Saya baru mendalaminya setelah datang ke yayasan,” ungkap Mulyaningsih.

“Ternyata cara membuatnya mudah. Hanya saja butuh waktu lama untuk sabunnya siap dipakai,” tuturnya.

Setelah mengenal lebih dalam soal sabun itu, Mulyaningsih mengaku tertarik untuk membuatnya di rumah. Ia juga berencana memakai sabun ekoenzim untuk sehari-hari.

“Karena sabun ini ramah lingkungan. Juga katanya bagus untuk kulit. Saya sangat tertarik. Daripada memakai sabun pabrikan yang pakai bahan kimia,” pungkas Mulyaningsih.

Share this Article
Leave a comment