Pemkab Banyuwangi mengaupgrade kapasitas dan skill pertanian dengan sekolah lapang, guna meningkatkan suplai dan produksi pertanian, utamanya sektor penyumbang inflasi seperti bawang merah dan cabai. Selama ini, Kabupaten Banyuwangi dikenal menjadi salah satu sentra pertanian nasional.
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani mengatakan sekolah lapang ini adalah upaya pihaknya untuk menjaga produktivitas komoditas pertanian Banyuwangi. Juga untuk menjaga ketersediaannya di pasaran.
“Dalam program ini, petani dibekali tentang tata cara budidaya yang baik (Good Agricultural Practises/GAP), mulai prosedur pengolahan tanah, pemilihan bibit, irigasi, pemberian pupuk, hingga cara pengendalian hama penyakit,” papar Bupati Ipuk.
“Petani juga diajarkan tentang proses panen hingga penanganan pasca panen yang tepat (Good Handling Practices/GHP),” imbuhnya.
Bupati perempuan tersebut menjelaskan, teknologi budidaya selalu berkembang.
“Makanya kapasitas dan skill para petani harus selalu di upgrade agar produksinya bisa lebih optimal. Salah satunya, melalui program sekolah lapang,” tutur Bupati Ipuk.
Plt. Kepala Dinas Pertanian dan Pangan (Dispertan Pangan) Banyuwangi, Ilham Juanda, mengatakan pada 2022 produktivitas bawang merah Banyuwangi mencapai 11,6 ton per hektare. Adapun total produksinya mencapai 6.902 ton. Jumlah tersebut diperoleh dari total luas tanam 1.176 hektare.
“Semoga tahun ini produktivitas bawang merah di Banyuwangi bisa meningkat minimal 4 kwintal per hektar, sehingga menjadi 12 ton per hektare. Dengan demikian supply bawang merah Banyuwangi bisa terus terjaga,” ujar Ilham.
Sementara produktivitas cabai rawit pada 2022 sebesar 84 kwintal per hektare, dengan total produksi 30.169 ton dari total luas panen 3.792 hektare. Untuk cabai merah besar, produktivitas di angka 125 kwintal per hektare. Adapun total produksinya 14.227 ton.
“Selama ini pasokan bawang merah dan cabai lokal masih sangat mencukupi kebutuhan daerah. Kami harus tetap siaga karena komoditas ini merupakan salah satu penyumbang inflasi,” tutur Ilham.
Lebih lanjut Ilham mengatakan, sekolah lapang petani bawang merah dan cabai tersebut dimulai saat musim tanam di bulan Maret. Untuk bawang merah dilaksanakan di Kecamatan Muncar dan Wongsorejo. Dua wilayah tersebut merupakan sentra produksi komoditas bawang merah di Kabupaten Banyuwangi.
“Untuk cabai rawit dilaksanakan di beberapa lokasi di antaranya Kecamatan Glagah, Licin, Singojuruh, dan Wongsorejo. Untuk cabai besar dilaksanakan di Kalibaru dan Glenmore,” ujarnya.
Ilham menjelaskan, sekolah lapang ini tidak hanya memberikan teori, namun juga praktik langsung di lapangan. Dispertan akan memberikan pendampingan budidaya hingga support sarana produksinya. Petani akan didampingi dari awal hingga akhir, sejak tahap penyiapan lahan hingga pasca panen oleh Petugas Penyuluh Lapangan (PPL).
“Semoga program peningkatan kapasitas petani ini bisa memacu produksi bawang merah di Banyuwangi,”pungkas Ilham.