Iring-Iringan di Pematang Sawah Bawa Pecel Petek, Warga Banjarsari Selamatan di Sumber

ilexvis

visfmbanyuwangi.com – Dalam rangka melestarikan budaya leluhur, masyarakat Kelurahan Banjarsari Kecamatan Glagah Banyuwangi menggelar ritual bersih desa di sumber mata air diwilayah setempat, Selasa (1/8/2023).

Selama ini, sumber mata air yang ada di Lingkungan Pancoran tersebut di manfaatkan untuk pertanian dan tidak pernah surut meski terjadi musim kemarau.

Sumber mata air ini berada di sisi paling barat pemukiman warga. Puluhan warga membawa bekal nasi pecel petek, makanan khas Banyuwangi, berjalan beriringan melewati pematang sawah sejauh 2 kilometer, yang disisi kanan dan kirinya mengalir air jernih yang berasal dari sumber air Pancoran.

Selama ini, air tersebut di manfaatkan oleh warga untuk mengairi sawah mereka. Sementara di area sumber mata air, terdapat beberapa pohon beringin cukup besar.

Sebelum menyantap nasi pecel petek, terlebih dahulu di lakukan pembacaan do’a yang di pimpin oleh sesepuh masyarakat setempat.

Lurah Banjarsari, Suatmaji yang hadir langsung dalam kegiatan tersebut mengatakan, ritual bersih desa di Kelurahan Banjarsari ini di laksanakan turun temurun di setiap satu tahun sekali di tanggal 14 Muharram atau 14 Suro.

“Ritual ini sengaja di awali dengan do’a bersama di sumber mata air pancoran karena di anggap sebagai sumber dari air yang mengalir dan memberikan kehidupan terhadap masyarakat setempat, yang sebagian besar adalah petani,” papar Suatmaji.

Sebelum melaksanakan ritual bersih desa, warga setempat juga terlebih dahulu meminta restu kepada mbah buyut Wiro Sentono yang dipercaya sebagai penjaga sumber mata air tersebut, dengan disajikan sesajen dan bunga 7 rupa.

Suatmaji menjelaskan, selain untuk melestarikan atau menguri-uri ritual dan tradisi budaya, selamatan di sumber mata air pancoran ini juga untuk menjaga keguyupan dan kekompakan warga dengan mereka duduk bersama serta makan beramai ramai makanan yang telah di bawanya dari rumah.

“Dengan kegiatan ini, saya berharap anak-anak kecil dan yang masih berusia muda bisa ikut serta melestarikan tradisi turun temurun ini,” ungkap Suatmaji.

Sementara itu, salah satu tokoh masyarakat, Sri Hartiningsih menambahkan, ritual ini dilaksanakan tepat pukul 9 pagi, berbeda dengan di lingkungan lain di Kelurahan Banjarsari.

“Karena dahulunya sesepuh warga Mbah Wiro Sentono menemukan sumber mata air ini pada jam 9 pagi,” kata Hartiningsih.

Menurutnya, saat itu, sumber ini memancurkan air yang cukup banyak sehingga daerah setempat dinamakan lingkungan Pancoran, sedangkan mata airnya dinamakan Sumber Sekar karena sebelumnya ada seseorang bernama Mbah Sekar bertempat di sekitar sumber.

“Untuk dilingkungan lain, ritual selamatan desa dilaksanakan setelah maghrib,” imbuh Hartiningsih.

Rangkaian ritual ini, setelah sholat maghrib, seluruh masyarakat di Kelurahan Banjarsari, Kecamatan Glagah, Banyuwangi menggelar selamatan kampung di depan rumah mereka masing masing, dengan menyajikan makanan yang sama yaitu pecel petek.

Di malam harinya, di gelar pengajian dan pembacaan lontar yusuf di kantor Kelurahan Banjarsari semalam suntuk.

Sementara itu, dari data yang ada, jumlah penduduk di Kelurahan Banjarsari Kecamatan Glagah Banyuwangi mencapai 6 ribuan orang lebih. Mereka bertempat tinggal di 5 lingkungan, yaitu Lingkungan Sukorojo, Krajan, Gunung Sari, Tembakon dan Lingkungan Pancoran.

Share this Article
Leave a comment