visfmbanyuwangi.com – Muhammad Khoharrudin dan Fitrotul Azizah menjadi perhatian publik saat upacara pengibaran bendera Merah-Putih peringatan HUT ke-78 Kemerdekaan RI di Istana Negara, Kamis (17/8/2023), karena busana yang dipakainya menjadi salah satu pemenang baju adat terbaik.
Khohar dan sang istri mengenakan pakaian khas Banyuwangi berupa busana pengantin “Mupus Braen Blambangan.”
“Alhamdulillah, saya bersama istri dapat hadir di Istana Negara membawa baju adat pengantin Banyuwangi,” ungkap Kohar.
Khohar berkisah soal asal muasal kedatangannya dan istri mengenakan pakaian khas dalam upacara HUT RI itu.
Awalnya, ia dan istri mendaftarkan diri sebagai peserta upacara melalui website yang disediakan oleh Istana Negara. Dari kuota 8 ribu penonton untuk penurunan dan pengibaran bendera, Khohar dan istri mendapat slot untuk menyaksikan upacara pada moment pengibaran bendera.
“Saya bersyukur dapat sesi yang sama dengan istri. Karena dapat sesi yang sama pada pengibaran, akhirnya saya punya ide untuk mengenakan pakaian khas Banyuwangi,” ujar Khohar.
Khohar pun berinisiatif menghubungi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Banyuwangi untuk menyampaikan ide tersebut. Penyampaian itu direspons positif.
Dinas memfasilitasi pasangan tersebut untuk dapat mengenakan busana khas Banyuwangi. Setelah berdiskusi, pasangan itu memutuskan untuk memakai busana pengantin “Mupus Braen Blambangan.”
Dinas mengajak mereka untuk ke salah satu tempat penyewaan pakaian adat pengantin di daerah Kecamatan Glagah. Sementara kembang pelengkap busana didapat di daerah Kecamatan Rogojampi.
“Saat itu saya dan istri berharap ini menjadi kesempatan yang luar biasa. Harapan itu ternyata menjadi kenyataan,” kata Khohar.
Saat hendak berangkat ke Istana Negara dari hotel yang berjarak sekitar 900 meter, mereka berjalan kaki. Penampilan mereka menarik perhatian warga. Banyak yang meminta berfoto. Tak sedikit pula yang bertanya tema dan asal daerah pakaian khas yang mereka pakai.
“Untuk riasan, saya dibantu oleh salah seorang MUA (make up artist) di Jakarta yang kebetulan juga menjadi peserta penurunan bendera,” tutur Kohar.
Setelah sampai di Istana Negara, Khohar dan istri didatangi oleh Paspamres. Mereka diminta untuk duduk di mimbar kehormatan.
“Alhamdulillah diberi duduk di sana. Dan Alhamdulillah juga sampai di juara salah satu busana adat terbaik,” kata Khohar.
Pasangan suami-istri itu pun mendapat hadiah sepeda dari Presiden Jokowi. Sepeda itu, kata Kohar, akan dikirim oleh pihak istana langsung ke Banyuwangi.
“Banyak yang bilang bahwa pakaian yang saya bawakan itu unik dan segar. Mungkin segar karena banyak kembang-kembang segar di busana istri saya,” papar Khohar.
Pada kesempatan ini, Khohar berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantunya untuk menyiapkan busana tersebut. Khususnya kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi serta pihak-pihak yang menyediakan busana untuk dipakai, MUA yang membantu serta semuanya.
Selain Khohar, ada empat peserta upacara lain yang menjadi pemenang busana adat terbaik. Yaitu busana yang dibawakan putra Presiden RI Joko Widodo, Kaesang Pangarep yang mengenakan Pakaian Adat Minahasa, Sulawesi Tenggara. Busana pakaian adat Soe, Kabupaten Timor Tengah Selatan, NTT, yang dibawakan oleh Menteri Keuangan, Sri Mulyani.
Juga dua busana terbaik lainnya adalah Pakaian Adat NTT yang dibawakan oleh Raja Amarasi; dan Pakaian Adat Bengkulu, yang dibawakan Grety.