Hingga Agustus 2023, Ada 12 SD di Banyuwangi Dimerger

ilexvis

visfmbanyuwangi.com – Dinas Pendidikan Banyuwangi mencatat, total ada 12 Sekolah Dasar (SD) yang dimerger atau di gabungkan, lantaran kurangnya jumlah siswa di sejumlah SD di setiap tahunnya.

Angka itu terhitung sejak Januari hingga Agustus 2023. Baik SD yang berada di wilayah kota ataupun pedesaan. Seperti di wilayah Kecamatan Gambiran, Bangorejo, Pesanggaran, dan dibeberapa tempat.

Sedangkan di wilayah kota, SD yang ada di belakang kantor Perpustakaan dan Arsip Banyuwangi.

Trend penurunan jumlah siswa hampir merata melanda sekolah-sekolah di Indonesia. Tak terkecuali di Banyuwangi. Fenomena itu pun membuat sekolah kelimpungan, sebab minim siswa yang mendaftar.

Kepala Dinas Pendidikan, Banyuwangi, Suratno mengatakan, pihaknya mencatat, trend tersebut sudah mulai terasa sejak 10 tahun silam.

“Pemicunya beragam. Mulai dari bercokolnya lembaga pendidikan di wilayah terkait, sehingga memicu persaingan. Hingga menurunnya jumlah anak. Besar kemungkinan dipicu karena efektifitas program KB di wilayah setempat,” papar Suratno.

“Di era dulu, para orang tua bisa mempunyai anak tiga sampai lima. Namun saat ini berbeda, rata-rata dua anak. Tapi terkait hal ini, perlu penelitian lebih lanjut,” ujarnya.

Menurut Suratno, di Banyuwangi, penurunan jumlah siswa mulai terasa pasca tahun 2010. Di tahun-tahun itu sekolah mulai sulit mendapatkan siswa.

“Sekira sepuluh tahun silam, jumlah lulusan setiap tahun rata-rata mengalami penurunan lima persen baik itu SD ataupun SMP. Namun yang paling banyak menurun adalah lulusan SD,” kata Suratno.

“Lantaran kurangnya jumlah siswa, hingga Agustus 2023 ini total sudah ada 12 Sekolah Dasar di Banyuwangi yang dimerger,” imbuhnya.

Suratno menyebut aturan merger dilakukan bila jumlah keseluruhan siswanya kurang dari 60 orang. Tapi tindakan itu tidak bisa serta merta dilakukan. Ada tahapan panjang yang harus dilalui.

“Kami akan terlebih dulu berdialog dan berkoordinasi dengan stakeholder di sekolah, lingkungan setempat juga kepala desa dan camat,” tutur Suratno.

“Jika sampai pada satu putusan tidak ada energy lagi untuk membangkitkan sekolah itu supaya menjadi pilihan bagi public. Maka tidak ada pilihan lain kecuali direkom untuk dimerger, yang terlebih dahulu di usulkan kepada Bupati,” jelasnya.

Ditengah banyaknya lembaga pendidikan saat ini, Suratno mengimbau sekolah-sekolah minim siswa untuk berinovasi. Tujuannya supaya menjadi favorit dan dipilih orang tua untuk menyekolahkan buah hatinya.

Share this Article
Leave a comment