Gas Elpiji 3 KG Langka, Warga Banyuwangi Tak Bingung. Kenapa?

ilexvis

visfmbanyuwangi.com – Beberapa masyarakat Banyuwangi tidak terdampak dengan adanya gas Elpiji 3 kilogram yang sempat hilang dari peredaran selama sebulan terakhir, lantaran mereka memiliki instalasi Biogas.

Sejak gas elpiji 3 kilogram langka ditemui di pasaran, masyarakat di pedesaan Banyuwangi memilih beralih menggunakan tungku. Namun ada pula yang justru tidak begitu terdampak karena mereka memiliki instalasi biogas.

Salah satunya adalah Machfud (51) warga Desa Bomo, Kecamatan Blimbingsari, Banyuwangi. Disaat yang lain kebingungan, ia justru cukup tenang. Dapurnya masih ‘ngebul’ berkat adanya biogas.

“Saya punya tiga ekor sapi. Kotorannya dibuat biogas cukup untuk memasak sehari-hari,” ungkap Machfud.

Biogas ini masih menjadi pendamping elpiji. Kendati demikian ia mengaku mampu berhemat lebih ketimbang mereka yang ‘pure’ atau penuh menggunakan elpiji melon.

“Sebelum pakai biogas, saya pakai 1 tabung gas elpiji untuk 6 hari. Sekarang dengan memakai biogas bisa lebih awet sampai dua minggu,” tutur Machfud.

“Instalasi biogas ini merupakan bantuan dari Emvitrust Indonesia. Sebelumnya saya sudah diberi pelatihan tentang bagaimana cara menggunakannya,” imbuhnya.

Hal yang sama disampaikan oleh Mastur (78) warga Desa Sraten, Kecamatan Cluring, Banyuwangi. Ia juga mendapatkan bantuan dari Emvitrust.

“Dengan adanya Emvirust Indonesia, saya bisa belajar dan memproduksi biogas sendiri. Saya baru sebulan mencoba menggunakan biogas. Dampak baiknya sudah saya rasakan. Kompor saya sudah bisa tersambung dengan biogas dan bisa menyala,” paparnya.

Meskipun tidak lagi muda, Mastur masih bisa meracik sendiri bahan-bahan biogasnya.

Lebih detail dirinya mengungkapkan, komponen-komponen alat biogas di kediamanya tersebut di Support oleh Emvitrust Indonesia dengan dibuatkan Rektor, Mixer, Inlet, pipa gas dan komponen-komponen lainya.

Pada awalnya, Mastur, memasukan Kohe sapi sebanyak 800kg dengan tambahkan air dengan perbandingan 1:1, kemudian kotoran akan masuk tabung mixer. Setelah dilakukan pencampuran, kotoran tersebut mengalir masuk kedalam tabung hampa udara atau reaktor dan ditunggu hingga menghasilkan gas.

“Tiap hari, saya selalu mengisi 25 kg kotoran hewan. Itu bisa membuat kompor menyala hingga 2 jam,” tutur Mastur.

Sementara itu, Direktur Emvitrust Indonesia, Siti Muyasaroh mengatakan di Banyuwangi Emvitrust telah menyalurkan 20 instalasi biogas. Upaya tersebut dibantu oleh Greeneration Foundation dan juga Coca Cola Foundation.

“Semoga dengan upaya ini bisa membawa dampak dan contoh positif. Mendorong kemandirian energi yang ramah lingkungan dan bebas limbah,” ungkap Muyasaroh.

Share this Article
Leave a comment