visfmbanyuwangi.com – Ratusan warga memadati sepanjang jalan Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi untuk menyaksikan ritual Barong Ider Bumi, Minggu (23/4/2023).
Tradisi ini merupakan salah satu ritual tahunan Suku Osing di Desa Kemiren yang bertujuan sebagai ungkap rasa syukur atas keselamatan masyarakat desa yang juga bisa disebut sebagai ritual pengusir bahaya atau tolak bala. Tradisi ini rutin dilaksanakan pada bulan Syawal, tepatnya pada hari kedua Lebaran Idul Fitri.
Rangkaian upacara adat barong ider bumi diawali dengan kegiatan bersih desa. Sekaligus nyekar dimakam Buyut Cili, yang di yakini sebagai danyang dari Desa Kemiren. Setelah itu, dilakukan arak-arakan Barong diselingi pertunjukan kesenian.
Pada akhir upacara, diadakan ritual “sembur uthik-uthik”, yakni kegiatan menyemburkan uang koin yang telah dicampur beras kuning dan bunga. Uang koin ditebar di sepanjang jalan desa sebagai ungkapan rasa syukur atas rezeki yang berlimpah selama satu tahun lalu.
Usai membuka langsung kegiatan tersebut, Wakil Bupati Banyuwangi Sugirah mengatakan, barong ider bumi Desa Kemiren ini merupakan ritual untuk mensyukuri nikmat yang sudah di berikan oleh Allah SWT juga wujud tasyakuran agar dijauhkan dari tolak balak dan godaan menuju keselamatan masyarakat Desa Kemiren dengan hasil bumi yang dinikmati mereka selama ini.
“Kebetulan acara ini di kolaborasikan dengan ajang Banyuwangi Festival oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata yang dilaksanakan rutin setiap tahun di tanggal 2 Syawal,” ujar Sugirah.
“Saya mengapresiasi keguyupan masyarakat Desa Kemiren juga dari berbagai daerah yang guyup rukun mensukseskan kegiatan ini untuk membangun kebersamaan dan melestarikan adat dan seni budaya yang di miliki Desa Kemiren, yang tak ada di dunia ini selain di Desa Kemiren sini,” paparnya.
Bahkan, tampak pula beberapa orang wisatawan asing diantara kerumunan warga di sepanjang jalan Desa Kemiren. Dan sesekali mereka mengabadikan setiap momen ritual Barong Ider Bumi.
“Saya harap, ritual Barong Ider Bumi ini akan memberikan Banyuwangi lebih hebat lagi dengan banyaknya segudang cerita ritual dari masing-masing daerah,” tutur Sugirah.
Istilah Ider Bumi memiliki makna. Kata Ider berarti berkeliling kemana-mana dan kata Bumi artinya Jagat atau tempat berpijak. Sehingga Ider Bumi dimaksudkan sebagai kegiatan mengelilingi tempat berpijak atau bumi.
Sugirah juga menyampaikan bahwa kegiatan ritual Ider Bumi tahun ini berbeda dengan tahun sebelumnya saat pandemi Covid-19 yang dilaksanakan secara terbatas.
“Tapi kali ini digelar secara semarak dengan melibatkan banyak warga, setelah pemerintah mengeluarkan kebijakan pencabutan PPKM,” imbuh Sugirah.
Ritual Ider Bumi dimulai dari peristiwa yang terjadi sekitar tahun 1800 an. Pada saat itu Desa Kemiren terserang Pageblug atau Blindeng dalam Bahasa Kemiren. Pageblug adalah sebuah keadaan bencana tiba-tiba yang menjadi momok bagi sebagian besar masyarakat Jawa.
Di Desa Kemiren, peristiwa ini tidak hanya menyebabkan tanaman di sawah warga di serang hama namun juga menyebabkan kematian sebagian warga. Desa Kemiren memperlihatkan suasana ketakutan hingga diceritakan pada malam hari mereka tidur berkelompok dan tidak berani untuk tidur di rumah sendiri.
Melalui kejadian tersebut, para sesepuh desa berinisiatif untuk mendatangi atau berziarah ke Makam Buyut Cili. Mereka berharap mendapatkan petunjuk untuk memberantas pageblug yang melanda desa mereka.
Selang beberapa hari mereka mendapatkan wangsit lewat mimpi. Wangsit tersebut mengisyaratkan masyarakat Desa Kemiren diharuskan mengadakan upacara selametan dan arak-arakan yang melintasi jalan desa.
Setelah masyarakat melaksanakan apa yang menjadi petunjuk dari Buyut Cili, semua penyakit atau pageblug hilang. Dari peristiwa tersebut maka Ritual Ider Bumi tetap dilaksanakan hingga saat ini.