ANRI : Arsip Tertua yang Tersimpan adalah Kedatangan VOC

ilexvis

visfmbanyuwangi.com – Arsip tertua yang tersimpan di Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) adalah kedatangan para pedagang belanda ke Indonesia yang berada dalam naungan kongsi dagang atau yang lebih dikenal dengan VOC.

Hal ini terungkap dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) dalam rangkaian peringatan Hari Kearsipan ke-52 yang digelar di Banyuwangi. Hari Kearsipan ke-52 tahun ini mengangkat tema “Gerakan Kearsipan: Menuju Birokrasi Maju, Memori Kolektif Bangsa dan Peradaban Unggul” yang diikuti seribu peserta dari lembaga arsip dan arsiparis se-Indonesia, hingga pameran arsip bersejarah.

“Arsip tertua di ANRI adalah arsip kedatangan VOC pertama kali ke Indonesia di tahun 1602. Mereka membuat administrasinya seperti buku harian atau semacam buku laporan-laporan yang dikumpulkan menjadi satu. Berisi berbagai kejadian pada saat itu,” ujar Kepala ANRI, Imam Gunarto.

Namun menurut Imam, sesungguhnya bisa dilacak arsip jauh ke belakang. Misalnya, sebelum belanda atau VOC masuk, itu ada Portugis yang juga datang ke Indonesia.

“Arsip Portugis itu sejak tahun 1509. Ada arsip yang sebagian kami copy dari arsip Portugal,” ungkap Imam.

Sementara, di keraton-keraton ada arsip yang lebih tua masa kerajaan.

“Jika prasasti-prasasti mengatakan suatu daerah dinyatakan bebas pajak, maka itu juga bagian dari arsip. Jika dilihat sampai ke prasasti arsip tertua yaitu prasasti yupa di abad ke 4-5 yang merupakan peninggalan dari Kerajaan Kutai, Kartanegara,” paparnya.

Disini, terdapat tujuh buah yupa yang memuat prasasti, tetapi baru 4 yang berhasil dibaca dan diterjemahkan.

Lebih lanjut Imam menyampaikan bahwa ingatan orang Indonesia adalah pendek.

“Kalau diminta untuk mengingat berbagai peristiwa yang terjadi pada setengah tahun lalu, banyak yang tidak ingat. Tapi setelah dibuka arsip buku agenda, maka baru ketemu,” jelas Imam.

Sehingga kata Imam, arsip itu fungsinya adalah mengingatkan kembali apa yang pernah dilakukan di masa lalu.

“Ibaratkan melihat ke belakang ibarat spion. Namun kaca besarnya adalah untuk melihat ke depan. Manusia harus memandang ke depan tetapi tidak boleh melupakan masa lalu. Karena masa lalu adalah untuk belajar melangkah ke masa depan yang lebih baik baik,” papar Imam.

Selama Rakor juga digelar pameran kearsipan yang menampilkan berbagai memori kolektif, termasuk lintas sejarah Banyuwangi. Seperti surat-surat masa kolonial, foto Banyuwangi tempo dulu, hingga arsip terbaru seputar perkembangan Banyuwangi.

Ada pula surat tertanggal 12 Juli 1691 yang merupakan balasan dari Gubernur Jenderal VOC Johannes Camphuijs kepada susuhunan Blambangan, Pangeran Senapati dan Pangeran Mancanegara, sebagai tanda persahabatan. Adapula arsip tentang pembangunan benteng Utrech di Banyuwangi pada 1877.

Share this Article
Leave a comment