Libatkan Para Medis, Banyuwangi Terus Turunkan AKI dan AKB

visfmbanyuwangi.com – Pemkab Banyuwangi terus mendorong penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) dengan melibatkan para dokter, perawat, hingga para bidan dalam penanganannya.
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani mengaku sama seperti dengan penanganan stunting, upaya penurunan AKI dan AKB ini tidak bisa dilakukan sendiri oleh pemerintah.
“Diperlukan sinergi dan kolaborasi berbagai pihak dalam penanganannya, baik medis maupun paramedis,” ungkap Bupati Ipuk.
Dan Bupati Ipuk telah menggelar rapat koordinasi percepatan penurunan AKI dan AKB.
Rakor yang digelar secara hybrid dari Pendopo Sabha Swagata Blambangan itu diikuti direktur Rumah Sakit pemerintah/swasta, kepala puskesmas, dokter, bidan, serta dokter spesialis Obgyn (SpOG), dan dokter spesialis anak (SpA) se-Banyuwangi.
Pada 2022, terdapat 25 kasus kematian ibu dan 134 kasus kematian bayi. Hal inilah yang memicu Pemkab Banyuwangi untuk berkomitmen menurunkan angka kematian ibu dan bayi di wilayahnya.
“Ini PR yang harus dikeroyok secara bersama. Kita tak bisa bekerja sendiri-sendiri,” ungkapnya.
Untuk itu, bupati Ipuk mengajak untuk menyamakan persepsi dan menyatukan langkah untuk meningkatkan jejaring, kecepatan, dan kualitas pelayanan kesehatan untuk mempercepat penurunan AKI dan AKB di Banyuwangi.
Bagi Bupati Ipuk, penguatan jejaring antar fasilitas layanan kesehatan dinilai sangatlah penting guna mewujudkan layanan kesehatan terintegrasi dari hulu hingga hilir, sehingga masyarakat bisa terlayani dengan baik.
“Dari hulu, puskesmas sebagai fasilitas layanan dasar bertugas melakukan pelayanan promotif dan preventif. Sementara di hilir, rumah sakit sebagai penerima layanan rujukan bertanggung jawab pada layanan kuratif dan rehabilitative,” jelas Bupati Ipuk.
Sebagai langkah promotif dan preventif, Bupati Ipuk meminta puskesmas melakukan deteksi dini dan pemantauan ibu dan anak sejak pra nikah, setelah menikah, saat hamil, hingga pasca kelahiran.
Sementara untuk peningkatan SDM, ia meminta agar dokter Sp.OG dan Sp.A secara rutin membahas permasalahan kesehatan ibu hamil dan bayi bersama puskesmas.
“Saya juga minta dokter obgyn dan anak agar lebih rutin sharing dengan bidan untuk mengatasi masalah-masalah di lapangan. Apakah treatment yang selama ini dilakukannya sudah tepat atau ada yang perlu dibenahi. Jejaring dan kolaborasi itu penting, sehingga pemicu AKI dan AKB bisa dideteksi dan dicegah sejak dini,” papar Bupati Ipuk.
Dalam penanganan ini, pemkab juga melibatkan dr. M. Nasir, Sp.OG (K), yang selama ini banyak menekuni masalah kesehatan ibu hamil dan bayi.
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya tersebut dilibatkan dalam upaya-upaya strategis pengurangan AKI dan AKB.
Menurut Nasir, yang penting diintervensi adalah kesehatan calon ibu, agar tumbuh kembang janin yang dikandungnya kelak bisa optimal. Misalnya pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil tidak bisa disamaratakan semua, namun juga harus melihat riwayat si ibu.
“Kesehatan ibu menjadi faktor penting dan utama untuk bersama-sama kita tangani,” pungkas Nasir.