TPST 3R di Songgon Banyuwangi Seluas 1,5 H Segera Dibangun

visfmbanyuwangi.com – Pembangunan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu Reduce, Reuse, Recycle (TPST 3R), dengan kapasitas 84 ton per hari, di Kecamatan Songgon, Banyuwangi, bakal dimulai awal November tahun ini.
TPST yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas penanganan sampah di wilayah Songgon dan empat kecamatan lain di sekitarnya itu, merupakan kolaborasi Pemerintah Norwegia bersama Pemkab Banyuwangi.
TPST ini merupakan pelaksanaan program “Banyuwangi Hijau”, sebagai upaya pengendalian sampah plastik dengan memilah sampah langsung dari rumah tangga.
Banyuwangi Hijau merupakan kelanjutan dari Project STOP (Stop Ocean Plastics) yang sukses dilaksanakan di Kecamatan Muncar sejak 2018 oleh NGO dunia PT. Systemiq Lestari Indonesia, yang didanai pemerintah Norwegia dan institusi bisnis Borealis dari Austria.
Usai bertemu dengan Program Director for Project Banyuwangi Hijau, Andre Kuncoroyekti, Senin (24/10/2022), Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani mengaku sudah bertemu dengan pihak Systemiq membahas berbagai hal terkait progres program Banyuwangi Hijau. Salah satunya disampaikan pembangunan TPST di Kecamatan Songgon akan dilakukan awal bulan depan.
“Semoga semuanya berjalan lancar dan bisa selesai sesuai target,” tutur Bupati Ipuk.
TPST ini dibangun di atas lahan seluas 1,5 hektar di Desa Balak, Kecamatan Songgon, yang nantinya akan menjangkau 5 kecamatan sekaligus, yakni Songgon, Rogojampi, Sempu, Genteng, dan Singojuruh.
TPST ini didesain dengan kapasitas 84 ton per hari, atau diperkirakan mampu memproses sampah yang dihasilkan dari 54 ribu rumah per hari.
Bupati Ipuk mengatakan, terkait desain bangunannya, pihaknya meminta agar tetap mengadopsi kearifan lokal.
“Identitas budaya Banyuwangi jangan sampai ditinggalkan. Zaman boleh berkembang, tapi kearifan dan peradaban Banyuwangi tak boleh terpinggirkan,” ujar Bupati Ipuk.
Sementara Program Director for Project Banyuwangi Hijau, Andre Kuncoroyekti, menjelaskan bangunan TPST ini terdiri dari sejumlah bangunan utama. Meliputi area penimbangan, bongkar muat, pemilahan sampah, pengemasan dan pergudangan, penanganan residu, gudang kompos, serta area komposting. Juga ada beberapa bangunan pendukung seperti mushola, kantor, aula, loker, pengolahan air limbah, hingga lokasi parkir.
“Saat ini sudah dalam tahap pembersihan dan pematangan lahan dan pembangunan akan dilakukan dua tahap,” ungkap Andre.
Tahap pertama dimulai November ini dengan membuat areal pemilahan sampah non organik dan sebagian area kompos.
“Dua bangunan ini ditargetkan selesai awal Februari 2023 sehingga proses penanganan sampah bisa segera dimulai. Berikutnya akan dilakukan pembangunan tahap kedua pada areal komposting dan bangunan utama lainnya. Ditargetkan bisa rampung pada Agustus 2023,” papar Andre.
Andre mengungkapkan bahwa, desain bangunannya akan mengadopsi budaya lokal Banyuwangi. Misalnya, bentuk atap yang menyerupai rumah Suku Osing, penggunaan ornamen Gandrung dan batik Gajah Oling di pintu masuk maupun dinding bangunan.
“Pembangunan TPST ini akan melibatkan masyarakat sekitar. Mulai proses konstruksi hingga operasionalnya nanti,” tutur Andre.
“Selain itu disiapkan sarana prasarana penanganan sampahnya. Kami juga akan memberikan pendampingan dan pelatihan kepada masyarakat. Di antaranya, sistem pengelolaan sampah, penyiapan penguatan kelembagaan, hingga kampanye perubahan perilaku,” pungkas Andre.