Belasan Mahasiswa dari Jerman Antusias Ikuti Workshop Aquascape di Banyuwangi

visfmbanyuwangi.com – Sekolah Ilmu Kesehatan dan Ilmu Alam (SIKIA) Universitas Airlangga (UNAIR) menggelar International Community Service dengan menggandeng Hochchule Heilbronn University, German dan Universitas Dhyana Pura Bali.
Kegiatan yang di inisiasi prodi Akuakultur ini dikemas dalam program World Class University “Multi Cultural Program SIKIA 2022” yang dibuka langsung oleh Direktur SIKIA, Unair Banyuwangi, Prof Dr Soetojo, dr. Sp.U (K) dan wakil Dir non Akademik Dr. Mufasirin, Drh., M.S.
Dalam sambutanya, Direktur SIKIA Prof. Dr. Soetojo, dr. Sp.U (K), mengungkapkan bahwa program studi Akuakultur sangat beruntung berada di Banyuwangi.
“Banyuwangi memiliki alam lestari, sehingga banyak artikel hasil penelitian dosen Akuakultur SIKIA yang diterbitkan di jurnal internasional bereputasi dengan mengangkat keanekaragaman hayatinya, termasuk ikan Endemik,” ujar Soetojo.
Dalam kegiatan ini juga mengenalkan ikan–ikan endemik di pulau Jawa, khususnya di Banyuwangi menjadi materi yang mengawali kegiatan tersebut.
Dosen akuakultur SIKIA, Arif Habib Fasya menyampaikan setidaknya tercatat Indonesia memiliki total 132 ikan asli dan endemik, termasuk Bagarius lica, Channa lucius dan Parachela oxygastroides.
“Namun saat ini 40% ikan endemik yang biasa mendiami perairan hulu itu terancam punah. Penurunan kualitas dan kuantitas sungai, perubahan fungsi sungai maupun un-regulated fishing menjadi salah satu penyebab,” papar Arif.
Dalam kegiatan tersebut, belasan mahasiswa asal Jerman itu sangat antusias mengikuti workshop Aquascape yang dipandu oleh profesional Aquascaper yang juga merupakan alumni dari prodi akuakultur SIKIA Banyuwangi.
Dalam materi workshop, founder Aquavirus, Didik Hatono mengenalkan beberapa tema seperti style hutan, pegunungan, air terjun, dan lainnya.
“Kami sengaja menyampaikan tentang aquascape yang dilengkapi dengan praktik pembuatan basic style yang diikuti seluruh peserta. Dimana setiap kelompok yang terdiri dari mahasiwa Hochchule Heilbronn University, SIKIA Unair dan Undira difasilitasi media bahan bahan untuk mempraktikannya,” jelas Didik.
Salah satu peserta workshop, Raphael sangat terinspirasi dengan aquascape ini.
“Aquascape ini sangat menginspirasi. Ini menjadi peluang bisnis yang bagus, pengalaman pertama dan saya akan mencoba. Saya melihat di Jerman juga ada bahannya,” ungkap Raphael.
Di Hari kedua WCU SIKIA series ini, peserta berkesempatan field trip ke kawasan essensial teluk pang pang. Mengawali field trip, peserta mendapatkan edukasi terkait mangrove seperti; jenis – jenis mangrove, cara menanam, olahan mangrove dan praktek penanaman.
Umar, selaku salah satu pengelola mangrove setempat menyampaikan history kelam.
“Dimana awal tahun 80 an kawasan mangrove ini mengalami kerusakan parah akibat alih fungi dan dilakukan rehabilitasi sejak periode tahun 94 hingga akhirnya seperti saat ini,” papar Umar.
Suciyono, selaku ketua International Community Service ini menambahkan mangrove merupakan ekosistem penyangga dalam lingkungan estuary.
“Kelestarian mangrove terjaga maka biodiversitas didalamnya juga lestari,” tuturnya.
Sementara, peserta dari Hochchule Heilbronn University menyampaikan bahwa penanaman mangrove ini menjadi pengalaman pertama baginya.
“Kami kagum dengan vegetasi mangrove dan satwanya. Kami tidak bisa membayangkan betapa kerasnya perjuangan mereka memperbaiki ekosistem ini,” ungkapnya.
Mengakhiri tour de essensial pang pang ini, civitas ikut menjaga kelestarian lingkungan. Dia berharap melalui kegiatan ini dapat meningkatkan kepedulian peserta (generasi muda) dalam menyikapi climate change.