Bandara dan Pelabuhan Ketapang Area Vital Selama KTT G-20

visfmbanyuwangi.com – Bandara Banyuwangi menjadi tempat alternative dalam skenario cadangan yang dirancang Komando Distrik Militer (Kodim) 0825 Banyuwangi, apabila terjadi prosedur escape terhadap para delegasi peserta Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 yang berlangsung di Bali pada 15-16 November 2022.
Skenario cadangan ini di bentuk oleh Kodim 0825 Banyuwangi bekerja sama dengan Pangkalan TNI AL (lanal) Banyuwangi dan Polresta Banyuwangi. Dan kegiatan escape ini dilakukan jika dibutuhkan oleh para pimpinan negara sahabat, yang mengikuti KTT G20 tersebut.
“Dalam skenario itu, ketika Bandara Ngurah Rai Denpasar Bali tidak bisa digunakan, maka para peserta G20 akan di geser melalui jalan darat,” kata Dandim 0825 Banyuwangi, Letkol Kav Eko Julianto Ramadan.
Mereka berangkat dari Bali akan menyeberang ke Pelabuhan Ketapang Banyuwangi. Kemudian dari Pelabuhan Ketapang disiapkan kendaraan menuju Bandara Banyuwangi. Selanjutnya, para delegasi terbang ke Denpasar Bali.
“Disini, Pelabuhan Ketapang dan Bandara Banyuwangi menjadi vital selama pelaksanaan G20 ketika nantinya fasilitas di Bali tidak memadai. Akan disiapkan kendaraan khusus serta pasukan pengamanan dari Pelabuhan Ketapang hingga ke Bandara Banyuwangi,” jelas Dandim.
Menurutnya, ini skenario cadangan dan masih di konsepkan apabila terjadi indicentil atau hal-hal yang tidak diinginkan.
Dandim menjelaskan, untuk aparat kepolisian di libatkan sebagai unsur pengawalan di ring 1. Sedangkan pengamanan di ring 2 sisi kanan dan kiri dilibatkan personel dari TNI.
“Skenario ini hanya sebagai cadangan, sedangkan skenario utama tetap berada di Bali. Skenario cadangan digunakan dalam keadaan tertentu dan ini masih menunggu keputusan dari Bali,” paparnya.
Lebih lanjut Dandim mengatakan, TNI AD menyiapkan satu SSK pasukan dan akan mendapat tambahan bantuan dari batalyon Jember sehingga total sejumlah 300-400 personel.
“Untuk tambahan pasukan ini, kami masih menunggu instruksi dari Kodam Brawijaya dan Mabes TNI,” imbuh Dandim.
Sementara, terkait potensi radikalisme selama KTT G20 berlangsung, Dandim meminta para Babinsa dan Babhinkabtimas di seluruh Banyuwangi untuk memonitor wilayah masing-masing.
Karena menurutnya, Babinsa dan Babhinkabtimas menjadi ujung tombak untuk mengantisipasi radikalisme. Pasalnya, kegiatan intoleran itu menjadi tolak ukur pertama untuk menuju ke radikalisme hingga menuju ke kegiatan terror.
“Makanya untuk mengatasi permasalahan intoleransi, radikalisme dan terorisme, ujung tombaknya adalah Babinsa, Babinkamtibmas dan kepala desa,” pungkas Dandim.