Banyuwangi Jadikan Burung Hantu Sebagai Pengendali Hama Tikus Petani

visfmbanyuwangi.com – Kabupaten Banyuwangi mengendalikan hama tikus pertanian dengan menggunakan burung hantu (Tyto Alba). Pemkab Banyuwangi memfasilitasi 342 rumah burung hantu (rubuha) untuk disebar ke sejumlah wilayah pertanian yang tingkat populasi tikusnya tinggi.
“Ini lebih ramah lingkungan. Selain mengurangi penggunaan pestisida, juga mendukung pelestarian burung hantu yang ternyata sangat bermanfaat bagi petani,” kata Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani.
Burung Hantu ini merupakan hewan predator alami tikus sehingga bisa melindungi tanaman petani.
Bupati Ipuk sendiri sempat meninjau lahan pertanian yang telah difasilitasi rumah burung hantu, di sela program Bupati Ngantor di Desa (Bunga Desa) di Desa Kedungasri, Kecamatan Tegaldlimo, pada 24 Agustus 2022 lalu.
Plt Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Banyuwangi M. Khoiri menjelaskan, burung hantu dipilih sebagai predator dikarenakan memiliki kemampuan mendeteksi mangsa dari jarak jauh.
“Hewan ini memiliki pendengaran yang sangat tajam serta mampu terbang dan menyergap mangsanya dengan cepat tanpa suara. Ukuran tubuhnya relatif lebih besar, mampu beradaptasi dengan lingkungan baru dan cepat berkembang biak,” papar Khoiri.
“Dalam sehari, burung hantu besar dapat memangsa tikus hidup sebanyak 3-5 ekor dengan jangkauan terbang hingga 12 km,” imbuhnya.
Menurut Khoiri, Burung Hantu mampu mendengar suara tikus dari jarak 500 meter. “Ini menjadikannya sebagai alternatif solusi yang paling efektif untuk menekan populasi tikus,” imbuhnya.
Khoiri menambahkan, penggunaan burung hantu sebagai pengendali tikus tidak memerlukan biaya dan tenaga yang besar. Burung hantu akan datang secara sendirinya ke lokasi-lokasi yang terdapat banyak tikus, yang merupakan mangsanya. Cukup difasilitasi rumah burung hantu (rubuha) di sekitar areal persawahan, mereka akan menetap di lokasi tersebut.
“Tidak butuh waktu lama, rubuha yang disiapkan pasti akan ditempati burung hantu. Ini sangat efisien bagi petani, dan yang paling penting tidak berdampak negatif terhadap lingkungan,” jelas Khoiri.
Pembangunan rubuha bertujuan sebagai tempat transit burung hantu liar dan diharapkan menjadi tempat tinggal bagi burung hantu untuk bisa berkembang biak, sehingga keberadaan burung hantu juga dapat dilestarikan.
Dalam program ini, Banyuwangi menyiapkan 342 rubuha yang akan disebar ke sejumlah wilayah dengan tingkat populasi tikus tinggi. Termasuk Kecamatan Tegaldlimo yang mendapatkan alokasi 27 rubuha. Sebelumnya, di kecamatan ini sudah terdapat 60 rubuha yang tersebar di 6 desa.
“Dengan program ini, diharapkan kelestarian burung hantu semakin terjaga. Diiringi dengan penurunan hama tikus sehingga produksi padi dan pendapatan petani semakin meningkat,” harap Khoiri.
Program ini disambut positif para petani. Salah satunya Solikin, ketua kelompok tani Sri Rejeki dari Desa Kedungasri, Kecamatan Tegaldlimo. Solikin juga salah satu penerima rubuha dari pemkab.
“Bersama petani lain disini, saya sudah sejak 2019 menggunakan burung hantu untuk mengendalikan hama tikus di lahan saya. Cara ini sangat bermanfaat,” kata Solikin.
“Alhamdulillah dapat tambahan bantuan rubuha. Saya memasang rubuha di setiap areal HIPPA. Semoga adanya tambahan rubuha ini bisa semakin membuat sawah para petani lebih aman dari hama tikus,” pungkasnya.