AACI : Ini Sebab Harga Cabai Mahal

visfmbanyuwangi.com – Mahalnya harga cabai di Jawa Timur terjadi karena beberapa faktor. Salah satunya adalah efek cuaca ekstrem dan enggannya petani menanam cabai setelah harga cabai turun pada hari raya Idul Fitri lalu. Sehingga, beberapa hasil panen di beberapa sentra tanaman cabai di Jawa Timur pun merosot.
Ketua Asosiasi Agrobis Cabai Indonesia (AACI) Jawa Timur, Nanang Triatmoko mengatakan, beberapa daerah yang dikenal sebagai sentra cabai mengalami penurunan hasil panen. “Ini disebabkan karena beberapa faktor. Diantaranya penurunan luasan tanam,” ungkap Nanang.
Menurutnya, dari 10 petani hanya 5 petani saja yang kuat menanam karena tahun kemarin rugi saat pandemi COVID-19.
“Pada saat pandemi COVID-19, harga cabai diangka Rp 10 ribu perkilogram. Oleh karena itu, petani enggan menanam ataupun melanjutkan pertanian cabai yang sudah ditanamnya,” tutur Nanang.
“Karena tak dirawat secara maksimal, akhirnya tanaman cabai terkena antraknosa dan cacar. Setelah di petik tapi harga tidak maksimal, akhirnya dibiarkan sehingga cabainya rusak,” imbuhnya.
Rupanya, setelah hari raya Idul Fitri lalu, harga cabai mulai merangkak naik. Hingga akhirnya di pasaran mencapai Rp 100 ribu. Namun menurut Nanang, di sejumlah daerah sentra cabai banyak yang rusak. “Di daerah Kediri dan Blitar biasanya ada 75 ton per hari, kini hanya tinggal 10 sampai 15 ton per hari,” imbuhnya.
Nanang mengaku, di Jawa Timur terdapat beberapa sentra tanaman cabai. Baik cabai merah besar maupun cabai rawit. Selain di Banyuwangi juga ada di Blitar, Kediri, Lamongan, Tuban, Jember dan Bojonegoro. Namun sebagian besar di daerah itu mengalami gagal panen.
“Satu-satunya daerah di Indonesia yang cabai tak putus total hanya di Banyuwangi. Penanaman tak kurang dari 4000 hektare setiap bulan. Kalaupun tak musim tanam rata-rata per bulan ada 1000 hektar yang sudah ada,” jelas Nanang.
Data dari AACI, rata-rata tanaman cabai di beberapa daerah sentra pemasok cabai antara 500 hingga 1500 hektar.
Diantaranya di Kabupaten Jember pada musim tanam di bulan April, Mei dan Juni ada sekitar 1500 hektar. Kediri pada bulan September dan Oktober antara 700 hingga 1000 hektar, Kabupaten Gresik pada bulan November dan Desember mencapai 700 sampai 1000 hektar. Kalau di Banyuwangi sepanjang tahun ada 1000 hektar.
“Daerah yang hampir sama dengan Banyuwangi itu adalah Bojonegoro. Tapi jumlah luasan tanaman antara 100 sampai 200 hektar,” ungkap Nanang.
Nanang memprediksi, melambungnya harga cabai di beberapa daerah di Jawa Timur itu bakal terjadi hingga bulan Agustus mendatang. Karena pasokan di beberapa sentra tanaman cabai di Jawa Timur akan ada di bulan tersebut.
“Stok cabai di Jawa Timur sebenarnya banyak, tapi Banyuwangi juga memasok ke beberapa daerah lain. Seperti Bali, Kalimantan dan juga ke Jakarta dan Jawa Barat. Makanya harga juga terkerek tinggi di Jawa Timur,” pungkasnya.