Banyuwangi Tangani Perawatan Mbah Waras di Panti

visfmbanyuwangi.com – Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani menjadikan evaluasi dan muhasabah untuk perbaikan mengenai masih adanya warga lanjut usia (lansia) sebatang kara yang hidup telantar di Kecamatan Tegaldlimo. Warga yang bersangkutan adalah Mbah Waras.
Dalam kesempatan ini, Bupati Ipuk mengaku sangat menyesalkan apa yang dialami oleh salah satu lansia, Mbah Waras, warga Kecamatan Tegaldlimo.
Kakek berusia 72 tahun itu hidup sebatang kara karena istri dan dua anaknya meninggal dunia. Mbah Waras juga menderita stroke yang membuatnya hanya terbaring.
Kini dengan dibantu pihak kecamatan setempat, Mbah Waras sudah dibawa ke panti untuk mendapat perawatan yang lebih baik mengingat hidupnya yang sebatang kara sehingga tidak memungkinkan ditinggal di rumah sendirian.
Bupati Ipuk juga langsung menggelar rapat bersama camat, kepala Puskesmas, dan kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait untuk mengajak semuanya introspeksi.
“Kita lihat foto ini. Andai ini terjadi di keluarga bapak/ibu, apa yang bapak/ibu rasakan. Andaikan ini terjadi pada orang tua kita, apa rasanya. Tinggal di suatu daerah, bapaknya ditelantarkan, kita punya orang tua ditelantarkan oleh pemerintah, bagaimana rasanya,” ungkap Bupati Ipuk dalam video yang diunggah di akun instagram-nya, @ipukfdani.
Video tersebut juga diunggah di akun youtube Kabupaten Banyuwangi.
“Walaupun saya sudah mendapat laporan bahwa Mbah Waras sudah dapat bantuan social. Puskesmas katanya sudah rajin turun memeriksa kesehatan Mbah Waras, tapi kondisinya masih seperti ini. Berarti bantuan dan pemeriksaan, hanya sekedarnya saja. Hanya sekedar menjalankan tugas memberikan bantuan, setelah itu selesai,” paparnya.
Bupati perempuan tersebut mengajak seluruh jajaran untuk peka dan responsif.
“Berbagai alasan yang saya dapat dari dinas dan dari camat. Bahwa Dinas Sosial menyampaikan ini sudah dapat bantuan seperti BPNT, bantuan pangan, PKH, bantuan uang, namun Mbah Waras ini stroke, tidak bisa jalan dan tidak bisa bangun. Mau belanja punya uang, siapa yang belanjain. Dapat bahan pangan, mau masak, siapa yang masakin,” jelasnya.
Untuk itu, Bupati Ipuk mengajak semua stakeholder bekerja bukan hanya sekedar kinerja saja. Bekerja bukan hanya karena bupati.
“Saya hanya manusia biasa, bukan tuhan bukan malaikat, bukan nabi. Mari semua bekerja untuk ibadah,” pintanya.
Penanganan warga miskin, menurut Bupati Ipuk, harus dilakukan secara simultan. Tidak sekadar kebutuhan makan yang dipenuhi, melainkan banyak hal lain yang juga perlu diperhatikan. Seperti, kelayakan tempat tinggal, kebersihan lingkungan, dan kesehatannya.
“Saya tegaskan, camat, kades/lurah, dan kepala puskesmas. Jika ada warga miskin, dipastikan segera ditangani,” ujarnya.
Bupati Ipuk juga menegaskan, penanganan kemiskinan wajib dilakukan secara sinergis oleh lintas OPD. Terutama yang bersinggungan dengan masyarakat langsung seperti kecamatan dan Puskesmas. Baik Camat maupun Kepala Puskesmas wajib berkoordinasi dengan Kepala Desa atau Lurah untuk terjun langsung memantau warga miskin.
“Penanganan kemiskinan adalah urusan wajib semua. Setelah didata, lalu dicek mana yang harus segera ditangani. Yang pasti, semua masalah kemiskinan harus tertangani dan harus ada solusinya,” kata Bupati Ipuk.
“Semua harus peduli, kalau ada anak putus sekolah baik di tingkat desa, kecamatan langsung ditangani. Laporkan ke dinas terkait apabila tidak bisa mengatasi,” pungkasnya.