BanyuwangiPemerintahan

Pesurfer Mancanegara Apresiasi Seni Budaya Banyuwangi di WSL

visfmbanyuwangi.com – Para peserta yang berasal dari berbagai negara sangat antusias mengikuti event World Surf League (WSL) di Pantai Plengkung (G-Land), Banyuwangi. Ajang selancar paling bergengsi di dunia tersebut dibuka langsung oleh Menteri Pemuda dan Olahraga, Zainudin Amali pada Jum’at sore (27/5/2022).

Berbagai atraksi budaya turut memeriahkan ajang internasional tersebut. Seperti Jaranan Buto hingga Tari Gandrung. Penampilan seniman dari Sanggar tari Alang-Alang Kumitir, Tegaldlimo itu, membuat para peselancar terbaik dunia sangat senang. Mereka berdiri dari tempat duduknya dan menyorotkan kamera handphonenya.

Lakey Peterson, peselancar perempuan asal Amerika Serikat mengatakan, ini pembukaan yang paling meriah dari berbagai pertandingan yang pernah ia ikuti di berbagai negara. “Banyuwangi luar biasa. Kami disambut dengan budaya Indonesia,” tuturnya.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh peselancar asal Brazil, Gabriel Medina. “Saya takjub dengan pertunjukan kesenian khas Banyuwangi itu. Sambutan pembukaannya sangat menyenangkan. Termasuk tarian dan pertunjukannya yang sangat keren,” kata Gabriel.

Para peselancar terbaik dunia yang berkumpul di Banyuwangi juga merasakan tantangan sekaligus kekaguman terhadap pesona ombak G-Land Banyuwangi. Pantai ini dikenal memiliki ombak kiri terbaik dunia. Dengan ketinggian ombak 6-8 meter dan panjang 2 kilometer, pantai ini menjadi destinasi impian.

Para peselancar dunia yang pertama kali menjajalnya langsung terbius oleh ombak di kawasan Taman Nasional Alas Purwo itu. Salah satunya peselancar asal Brazil, Jadson Andre. “Saya berani mengatakan bahwa hari ini adalah hari selancar terbaik dalam hidup saya,” ungkap Jadson dalam unggahannya di media social saat menjajal ombak G-Land.

Ia juga menulis, sangat bersyukur kepada Tuhan untuk semuanya.

Bahkan, bagi sejumlah peselancar yang pernah menjajal keasyikan G-Land mengakui hal tersebut dengan cukup sentimentil. Seperti halnya yang diungkapkan oleh Kelly Slater.

Peselancar asal Amerika Serikat itu pernah menjadi jawara saat WSL digelar di G-Land Banyuwangi pada 1995. 

“Kami berterimakasih telah menyambut kembali di Banyuwangi dengan baik dan dengan segala keramahannya. 27 tahun yang lalu saya ada di sini, dan tahun ini senang bisa berada di sini kembali,” papar Atlet kelahiran 1972 tersebut.

“Saya menantikan untuk bisa datang di event ini,” imbuhnya.

Sementara itu, Rio Waida, satu-satunya peselancar asal Indonesia yang berlaga di WSL seri G-Land ini merasa senang dengan penyelenggaraan tersebut. Ia mematok target bisa memenangkan kompetisi pada seri keenam lomba selancar paling prestisius yang diselenggarakan sejak 1976 itu.

“Saya berjanji akan berusaha untuk menjadi pemenang demi bangsa Indonesia,” tutur atlet yang baru saja menjuarai Sydney Surf Pro 2022 beberapa waktu lalu tersebut.

Antusiasme dari para peselancar dunia itu, menurut Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani, tak ubahnya motivasi. “Saya yakin, dengan suksesnya penyelenggaraan WSL ini, bisa menjadi momentum untuk mendongkrak pemulihan wisata di ujung timur Jawa ini pasca pandemic,” ungkapnya.

“Kepuasan para surfer dunia ini menjadi motivasi bagi kami. Ini tentu akan menjadi momentum untuk pariwisata Banyuwangi kembali bangkit,” kata bupati perempuan tersebut.

Bupati Ipuk berharap nantinya G-Land menjadi venue tetap pelaksanaan seri WSL pada tahun-tahun mendatang. Sekaligus juga menjadi tujuan favorit para pecinta selancar dari seluruh dunia. Apalagi, infrastruktur Taman Nasional Alas Purwo kini semakin baik.

“Semoga dengan suksesnya acara ini, tahun depan WSL kembali digelar di G-Land. Para pesertanya terus mempromosikan Banyuwangi di media sosialnya. Sehingga mengundang para surfer seluruh dunia untuk datang ke Banyuwangi,” pungkas Bupati Ipuk.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Back to top button