Surveilans di 9 Kecamatan, Dispertan Banyuwangi Belum Temukan Ternak Terdeteksi PKM

visfmbanyuwangi.com – Dari hasil surveilans terhadap ribuan hewan ternak di sejumlah kecamatan, Dinas Pertanian dan Pangan Banyuwangi belum menemukan adanya ternak yang mengalami gejala Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).
Kegiatan surveilans ini dilaksanakan di 11 desa yang ada di 9 kecamatan, dengan fokus pedagang ternak, pengepul dan kantong kantong ternak.
“Ada 397 ekor sapi, 24 ekor sapi perah, kambing sebanyak 296 ekor, domba 117 ekor dan kerbau 5 ekor yang kami lakukan pemeriksaan,” kata Plt Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Banyuwangi, M Khoiri.
“Hasilnya, belum di temukan adanya ternak yang mengalami gejala klinis yang mengarah pada PMK. Sampai saat ini kasus PMK belum ditemukan di Banyuwangi,” paparnya.
Khoiri mengimbau agar warga tidak panik untuk menjual ternaknya (panic selling). Kasus ini belum ditemukan di Banyuwangi, walaupun ternak di sejumlah daerah di Jatim sudah ada yang terinfeksi.
Meski demikian, kata Khoiri, pemkab telah melakukan sejumlah langkah antisipatif sebagai upaya kewaspadaan dan kesiapsiagaan untuk mencegah masuknya penyakit yang menyerang ternak ruminansia (hewan pemamah biak) tersebut.
“Kami melakukan surveilans dan deteksi dini pada hewan ternak di daerah-daerah kantong ternak, pedagang ternak, pasar hewan, serta ternak milik warga,” tuturnya.
Khoiri menjelaskan, dalam surveilans ini pihaknya menerjunkan tim gabungan dari dinas terkait, petugas lapang kecamatan, Persatuan Dokter Hewan Indonesia (PHDI) Banyuwangi sejumlah 110 orang yang tersebar di 25 kecamatan se Banyuwangi, hingga Fakultas Kedokteran Hewan Unair.
“Tim ini berkeliling setiap hari ke desa-desa, terutama pasar hewan dan daerah perbatasan. Seperti di kawasan Kecamatan Kalibaru yang merupakan perbatasan Banyuwangi dengan Jember dan di Kecamatan Wongsorejo perbatasan dengan Situbondo, yang menjadi pintu masuk lalu lintas ternak dari daerah lain,” papar Khoiri.
PMK merupakan penyakit yang disebabkan oleh Foot and Mouth Disease Virus (FMDV). Ini merupakan penyakit hewan menular akut yang menyerang ternak seperti sapi, kerbau, kambing, domba, kuda dan babi dengan tingkat penularan mencapai 90-100%.
“Penyakit ini tidak menular ke manusia, melainkan menular ke sesama hewan saja,” imbuh Khoiri.
Sementara, Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Dinas Pertanian dan Pangan Banyuwangi drh. Nanang Sugiarto menambahkan, pemkab juga membuka layanan kesehatan hewan di daerah-daerah rawan, perbatasan, dan pasar hewan.
“Kami melakukan pemeriksaan, jika ada ternak yang sakit (meski tidak mengarah ke PMK) akan diberikan vitamin dan mineral untuk meningkatkan status kesehatannya,” kata Nanang.
Peternak juga diberikan edukasi tentang tanda klinis penyakit PMK. Di antaranya demam tinggi (39-41 derajat celcius), keluar lendir berlebihan dari mulut dan berbusa, luka-luka seperti sariawan pada rongga mulut dan lidah, tidak mau makan, kaki pincang, luka pada kaki dan diakhiri lepasnya kuku, sulit berdiri, gemetar, napas cepat, produksi susu turun drastis dan menjadi kurus.
“Jika ditemukan ternak dengan gejala seperti ini, agar dipisahkan dengan yang lain. Tetap di kandang dan segera melaporkan kepada petugas agar segera ditangani,” jelas Nanang.
Untuk mencegah penularan PMK, warga juga diimbau untuk tidak memasukkan ternak baru ke dalam kandang. Artinya, dipisahkan dahulu beberapa waktu. Jika memang tidak ada gejala mengarah ke PMK, baru boleh dicampur dengan yang lain. “Selain langkah-langkah itu, kami juga telah berkoordinasi dengan pihak PDHI cabang Jawa Timur 4, Perhimpunan Paramedik Veteriner Indonesia Banyuwangi, FKH Unair Banyuwangi, pemerintah pusat dan provinsi terkait pencegahan dan penyebaran PMK,” pungkas Nanang.