Kebo-Keboan Boyolangu Digelar Sebelum Ritual Puter Kayun

visfmbanyuwangi.com – Tradisi Kebo-Keboan di gelar oleh masyarakat di Kelurahan Boyolangu, Kecamatan Giri, Banyuwangi, sehari sebelum dilaksanakannya ritual Puter Kayun.
Ratusan warga datang menyaksikan tradisi tersebut yang merupakan bentuk rasa syukur atas kelimpahan rejeki, juga menjadi ajang silaturahmi masyarakat Adat Using di wilayah setempat. Tradisi ini juga menjadi upaya bersih desa sekaligus menjadi atraksi yang menarik bagi wisatawan.
Dalam pelaksanaannya, ritual ini merupakan acara Ider Bumi dengan menggunakan sarana Kebo-keboan. Tradisi ini mengarak Kebo-keboan keliling kelurahan dan sambil disiram air oleh para pengantar arak-arakan.
Situasinya menjadi meriah dikarenakan masyarakat Boyolangu bersuka-ria dalam perang air antar warga. Meski harus berbasah-basahan, warga tampak antusias mengikuti tradisi ini hingga usai.
Ketua Pemuda Boyolangu, Dharma menyampaikan bahwa kebo-keboan ini sudah ada sejak lama. “Pelaksanaannya setiap 9 Syawal, yakni sehari sebelum Tradisi Puter Kayun,” ungkapnya.
Kebo-keboan diarak keliling kampung, ada pula masyarakat yang membawa air untuk disiram-siramkan sebagai penyemangat. Air disini sebagai simbol kehidupan dan ada juga yang membawa hasil panen untuk dibagi-bagikan kepada masyarakat yang menonton di jalanan.
Dharma menceritakan tokoh Kebo-Keboan yang pernah aktif pada masanya yakni, Mbah Talhak aktif pada tahun era 1990an. Sementara pada tahun 1985an dipegang oleh Mbah Salwak. “Diatasnya lagi ada Mbah Jub yakni bapak kandung dari mbah Talhak yang aktif pada tahun 70an. Sebelumnya lagi ada Mbah Buyut Sunar aktif sekitar tahun 60an atau mungkin 50an,” papar Dharma.
“Saya sih kurang mengetahui secara detail tahunnya karena jaraknya sudah terlalu jauh. Yang paling penting adalah upaya melestarikannya kedepan supaya tetap terjaga,” tuturnya.
Yang membedakan Kebo-keboan Boyolangu dengan daerah lain adalah diarak keliling kampung dan ada ritual-ritual sebelumnya yang bertujuan mengirim doa kepada leluhur dan juga memohon keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dahulu, prosesi Kebo-keboan Boyolangu diadakan setiap setahun sekali dan tanggal dilaksanakannya tidak terpaku pada 9 Syawal.
Dulu, Kebo-keboan Boyolangu dilaksanakan setiap dapat isyarat dari leluhur, maka tradisi ini segera dilaksanakan dan itupun hanya berkeliling biasa tidak ada adegan kerasukan.
Selanjutnya, mulai tahun 1990 an diagendakan setiap 9 Syawal sekaligus meramaikan sebelum tradisi Puter Kayun pada 10 Syawal. Juga mulai ada adegan kerasukan dan banyak yang turut meramaikan dengan mainan air.
“Ini murni euforia masyarakat dalam kegembiraan. Saya baru aktif memegang Kebo-keboan sekitar 7 tahun,” ungkapnya.
Dharma sendiri memiliki garis keturunan dari pelaku aktif Kebo-keboan terdahulu, sehingga saat ini Kebo-keboan dirawat olehnya.
Sementara prosesi kebo-keboan adalah pada malam sebelum acara, semua properti yang digunakan seperti singkal (alat bajak), pecut, kepala kerbau buatan, serta takir, dan beberapa porobungkil ditaruh dimakam Buyut Kapluk.
Perlu diketahui, Buyut Kapluk merupakan tokoh yang juga memiliki peran di Boyolangu. Buyut Kapluk menurut cerita masyarakat merupakan anak angkat dari Buyut Jaksa.