BanyuwangiPemerintahan

Warga Boyolangu Napak Tilas Gelar Ritual Puter Kayun  

visfmbanyuwangi.com – Masyarakat Kelurahan Boyolangu, Kecamatan Giri, Banyuwangi menggelar Ritual Puter Kayun, Rabu (11/5/2022), merupakan ritual menepati janji warga setempat kepada leluhur yang telah berjasa membuka jalan di kawasan utara Banyuwangi, dengan melakukan napak tilas menaiki delman hias dari Boyolangu menuju Pantai Watu Dodol.

Ritual ini merupakan sebuah tradisi turun temurun masyarakat Kelurahan Boyolangu yang di gelar setiap tanggal 10 Syawal. Mereka melakukan napak tilas dengan menaiki delman hias dari Boyolangu menuju wisata Pantai Watu Dodol sejauh sekitar 15 kilometer.

Tradisi naik delman hias ini, digelar dari depan kelurahan Boyolangu, Kecamatan Giri.

Ketua Adat Desa setempat yang juga merupakan ketua panitia Ritual Puter Kayun, Abdalah mengatakan, sedikitnya ada 8 delman hias yang melakukan tradisi kali ini. “Di dalam delman penuh berbagai perbekalan untuk dibuka saat tiba di watu dodol,” ungkap Abdalah.

“Alhamdulillah, ritual kali ini digelar meriah karena selama 2 tahun terakhir dilaksanakan secara tertutup akibat pandemi Covid-19,” imbuhnya.

Abdalah menjelaskan, tradisi ini terus digelar sebagai napak tilas jejak Ki Buyut Jakso, leluhur warga Boyolangu yang dipercaya sebagai orang yang pertama kali membangun jalan di kawasan utara Banyuwangi.

Konon, saat membuka jalan di sebelah utara, Belanda meminta bantuan pada Ki Buyut Jakso karena bagian utara ada gundukan gunung yang tidak bisa dibongkar. Ki Jakso lalu bersemedi dan tinggal di Gunung Silangu yang sekarang menjadi Boyolangu.

Atas kesaktiannya, akhirnya dia bisa membuka jalan tersebut sehingga wilayah itu diberi nama Watu Dodol, yang artinya watu didodol (dibongkar).

Sejak itu, lanjut Abdalah, Ki Buyut Jakso berpesan agar anak cucu keturunannya harus berkunjung ke Pantai Watu Dodol untuk melakukan napak tilas apa yang telah dilakukannya. “Karena saat itu hampir semua masyarakat Boyolangu berprofesi sebagai kusir dokar, maka mereka mengendarai dokar untuk napak tilasnya,” imbuh Abdalah.

“Setelah sampai Watu Dodol, mereka menggelar selamatan. Sebagian tokoh adat juga menaburkan bunga berbagai rupa ke laut untuk menghormati para pendahulu mereka yang meninggal saat pembuatan jalan,” paparnya.

Sementara, sebelum pelaksanaan puter kayun, tradisi ini diawali sejumlah ritual. Dimulai dari nyekar ke makam Buyut Jakso dan tradisi kupat sewu (seribu ketupat) yang digelar tiga hari sebelum puter kayun dan pertunjukan barong pada malam puter kayun. Sedangkan sehari sebelum ritual puter kayun, di gelar tradisi kebo-keboan.

Sementara itu, ditengah prosesi ritual Puter Kayun ini dikabarkan ada seekor kuda mati di tengah perjalanan menuju Watu Dodol. Tepatnya di kawasan jalan raya Situbondo-Banyuwangi, Kelurahan Bulusan, Kecamatan Kalipuro.

Kuda tersebut milik Atim, warga Kelurahan Boyolangu yang digunakan sebagai alat ritual puter kayun. Kuda tersebut mati diduga tidak kuat akibat kelelahan menempuh rute puter kayun.

Tidak hanya itu, satu kuda lainnya sempat terlihat lemas dan kelelahan, hingga akhirnya tumbang sebentar. Untung saja, sang kusir berhasil menanganinya dan tidak sampai mati.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Back to top button