Peringatan Hari Kartini, UIN KHAS Bedah Buku Terjemah Al-Qur’an Bahasa Osing di Banyuwangi

visfmbanyuwangi.com – Universitas Islam Negeri KH Achmad Siddiq (UIN KHAS) menggelar bedah buku Terjemah Al-Qur’an Bahasa Osing di Banyuwangi bertepatan dengan peringatan Hari Kartini.
Saat menghadiri kegiatan tersebut, Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani mengaku ini mengingatkan dirinya pada kisah Kartini yang dinilainya sebagai sosok yang memiliki perhatian tentang Al-Quran, di mana ketika orang mempelajarinya memang perlu paham artinya. “Kegelisahan Kartini itu tertuang pada suratnya kepada salah seorang sahabatnya, Stella EH Zeehandelaar tertanggal 6 November 1899,” ujar Bupati Ipuk.
“Kartini gelisah karena orang diajari membaca al-Quran, tetapi belum secara lengkap diajari artinya. Mengingat di masa itu masih minim upaya penerjemahan Al-Quran ke dalam bahasa lokal. Seorang ulama besar asal Semarang sekaligus gurunya Kartini, KH Sholeh Darat, lantas menjawab kegelisahan itu. Beliau lantas menuliskan sebuah kitab terjemah Al-Qur’an berbahasa Jawa,” paparnya.
Menurut Bupati Ipuk, kitab inilah yang kemudian menjadi bacaan penting bagi Kartini sehingga muncul sebuah quote yang begitu populer; Habis gelap terbitlah terang, yang merupakan terjemahan dari salah satu ayat Al-Qur’an: minad dzulumati ilan nur.
“Ini berdasarkan beberapa penelusuran sejarah kendati tentu ada beberapa versi cerita. Tetapi yang ingin saya tegaskan adalah tentang relevansi penerjemahan Al-Qur’an ke dalam bahasa Osing. Ini akan menjadi literatur penting bagi masyarakat Osing di Banyuwangi untuk semakin memperkuat pemahaman keagamaannya, khususnya untuk memahami Al-Qur’an,” jelas Bupati Ipuk.
Apa yang diungkapkan oleh Bupati Ipuk itu, disambut positif oleh Wakil Menteri Agama Zainud Tauhid yang membuka acara tersebut. “Dialog antara RA Kartini dengan Kiai Sholeh Darat sebagaimana yang dikisahkan Ibu Bupati itu merupakan salah satu inspirasi bagi pihaknya untuk melaksanakan program penerjemah kitab suci ke bahasa daerah. Agar semakin mendekatkan dengan penuturnya secara langsung,” ujar Zainud Tauhid.
Lebih lanjut Zainud Tauhid mengatakan, penerjemahan Al-Qur’an ke dalam bahasa daerah tersebut sebagai bagian dari upaya mereservasi bahasa daerah dari kepunahan. “Sebagaimana amanat undang-undang, ini juga bertujuan untuk turut serta mereservasi bahasa daerah dari kepunahan,” imbuhnya.
Sementara itu, Rektor UIN KHAS Jember Profesor Babun Soeharto menyebutkan bahwa Terjemah Al-Qur’an Bahasa Osing ini, merupakan kado untuk Banyuwangi. Pasalnya, selama ini, Pemkab Banyuwangi telah turut melibatkan UIN KHAS dalam mencerdaskan putra daerah.
“Buku ini nantinya akan di sebarkan ke seluruh sarjana lulusan UIN KHAS. Sehingga bahasa Osing bisa dikenal luas,” kata Babun.
Program penerjemahan tersebut dilakukan oleh UIN KHAS bersama dengan Puslitbang Lektur Khazanah Keagamaan dan Manajemen Organisasi Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama.
Sedangkan tim penerjemahnya sendiri melibatkan sejumlah tokoh Banyuwangi. Di antaranya adalah Pengasuh PP Al-Anwari KH. Achmad Siddiq, Ketua MWC NU Banyuwangi H. Achmad Mushollin dan sejumlah tokoh lainnya.
Babun mengatakan, ini masih tahap validasi pertama. Nanti pihaknya akan melakukan pula validasi lanjutan yang melibatkan lebih banyak lagi stakeholder sebagaimana yang disarankan oleh Bupati Ipuk. Sehingga nantinya benar-benar tidak ada lagi kesalahan.
“Untuk menjamin otoritas terjemah itu, keputusan akhir nanti akan dilakukan oleh Tim Pentashih dari Kementerian Agama. Karena validasi ini masih belum final. Setelah dirasa cukup, nanti akan ditashih ulang oleh tim dari Kemenag. Dari sinilah nanti, Al-Qur’an terjemah bahasa Osing yang final akan diterbitkan dan disebarkan,” papar Babun.