visfmbanyuwangi.com – Para pegiat media sosial yang tergabung dalam Banyuwangi Social Media Network (BSMN) terus mendukung upaya pelestarian dan perkembangan Geopark Ijen. Salah satunya, secara rutin para pegiat media sosial ini menginformasikan potensi-potensi yang terdapat pada kawasan Geopark Ijen di Banyuwangi. Seperti yang sudah sering mereka lakukan. Mereka secara massal memposting kawasan situs-situs yang masuk Geopark Ijen di Banyuwangi.
Dalam acara berbuka bersama BSMN dan beberapa pemuda Banyuwangi yang diselenggarakan di Pendopo Pelinggihan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi turut hadir Ketua Geopark Ijen, Abdillah Baraas.
Dalam kehadirannya, Abdillah menyampaikan bahwa geopark akan menjadi branding baru bagi daerah kedepannya. “Karena keunikan Geopark ijen mulai dari pantai selatan yang merupakan jejak gunung api purba yg berumur 30 juta tahun lalu dan sekarang gunungnya berpindah ke utara sejauh 51 km,” ujarnya.
“Kita perlu bersyukur bahwa daerah Banyuwangi dikelilingi 3 kawasan konservasi yaitu Taman Nasional Alas Purwo, Taman Nasional Merubetiri dan juga Cagar Alam Kawah Ijen,” kata Abdillah.
Menurutnya, ketika mengunjungi Geopark ijen, dirinya tidak hanya mempelajari wisata semata.
“Tapi secara geologi, biologi hingga kebudayaan sehari-hari masyarakat Banyuwangi dapat dipelajari di daerah ini. Itu bisa menjadi variasi alasan orang untuk mengunjungi Geopark Ijen,” imbuh Abdillah.
Sementara itu, Ketua BSMN, Yudhi Anjar juga turut hadir dalam kegiatan ini. “Kami sangat mendukung upaya Geopark Ijen menuju Unesco Global Geopark. Kami bersama para pegiat media sosial sangat mendukung potensi yang dimiliki Banyuwangi. Ini tentunya akan terus berkembang dan akan terus tergali potensi-potensi di tiap daerah,” paparnya.
Oleh karena itu kata Anjar, pihaknya berharap para pegiat media sosial untuk terus mensupport situs-situs Geopark Ijen terutama yang ada di Banyuwangi.
Adapun situs-situs yang terdapat di Geopark Ijen saat ini meliputi; 21 situs geologi, 6 situs biologi, 10 situs budaya benda dan 8 situs budaya tak benda. Situs- situs ini adalah laboratorium alam yang dimiliki oleh daerah, tempat belajar berbagai elemen masyarakat, akademisi, dan tentunya menjadi tempat menarik untuk berwisata.
