BI Kembangkan Pertanian Hortikultura di Banyuwangi

visfmbanyuwangi.com – Bank Indonesia bersama Pemkab Banyuwangi bakal mengembangkan kawasan pertanian hortikultura organik guna memperkuat sector pertanian yang selama ini menjadi salah satu andalan Banyuwangi. Bahkan pertanian merupakan penyumbang terbesar Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yakni 30 persen.
Kepala Perwakilan BI Jember Hestu Wibowo mengatakan, Banyuwangi bisa mengembangkan satu wilayah yang khusus mengembangkan pertanian hortikultura organik.
“Saat ini hortikultura organik telah menjadi tren. Banyuwangi bisa mengembangkannya menjadi satu kluster unggulan yang strategis,” ujar Hestu.
Perlu diketahui, Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani dan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Banyuwangi, berkunjung di Kantor BI Jember.
Hestu menjelaskan, selama ini, sebagai partner stabilisasi ekonomi Banyuwangi, BI telah mengembangkan pertanian organik di beberapa wilayah Banyuwangi, salah satunya di Desa Segobang Kecamatan Licin.
“Di desa ini, BI Jember mengembangkan eco farming terintegrasi dengan penerapan digital farming dan pola-pola pertanian organik lainnya,” ungkap Hestu.
Ia mengaku, berdasarkan pengalaman pihaknya, dengan melakukan pola-pola organik, produktivitas pertanian meningkat. Produksi yang awalnya 6 sampai 7 ton per hektar, bisa mencapai 11 ton per hektare.
“Sementara, di Banyuwangi bisa dikembangkan lagi, dengan membuat satu kawasan, misalnya satu kecamatan yang khusus mengembangkan pertanian hortikultura full organik,” tuturnya.
Bahkan, lanjut Hestu, BI akan mendirikan laboratorium pertanian organik di Banyuwangi, yang salah satunya membuat pupuk organik, dan pola-pola pertanian organik lainnya di Banyuwangi. Hal ini dinilainya bisa menjadi pilot project pertanian organik.
“Kami yakin Banyuwangi bisa mengembangkan hal itu, karena selama ini Banyuwangi telah dikenal sebagai daerah yang kreatif dalam berinovasi,” ungkap Hestu.
“Ini ditunjukkan meskipun pertumbuhan ekonomi Banyuwangi sempat dihantam pandemi Covid-19, namun Banyuwangi dengan cepat kembali pulih dan melakukan stabilisasi ekonomi,” paparnya.
Hestu menjabarkan bahwa tren pertumbuhan ekonomi Banyuwangi terus membaik dan stabil. Bahkan Banyuwangi bisa meraih TPID terbaik se-Jawa Bali dua tahun berturut-turut.
“Tentu ini merupakan prestasi tersendiri di tengah kondisi yang serba sulit akibat pandemi,” imbuhnya.
Sementara, Bupati Ipuk merespons positif apa yang dilakukan BI.
“Pengembangan pertanian organic ini sejalan dengan program Banyuwangi Rebound, sebuah gerakan yang digeber untuk memulihkan ekonomi,” kata Bupati Ipuk.
“Di dunia pertanian, Banyuwangi terus memperkuat digitalisasi dan go organik. Bahkan pada tahun 2022 ini, Dinas Pertanian menargetkan lahan pertanian organik menjadi 500 hektare. Saat ini lahan pertanian organik di Banyuwangi terdapat 157 hektare,” papar bupati perempuan tersebut.
Bupati Ipuk mengatakan, di Banyuwangi sudah ada produk pertanian kelas ekspor. Karena itu, dengan mengembangkan pertanian organik menjadi satu kawasan khusus ini akan semakin meningkatkan produktivitas on farm dan out farm, yang muaranya tertuju pada kesejahteraan masyarakat.
Bupati Ipuk berterima kasih atas dukungan BI pada Banyuwangi selama ini.
“Inilah yang menjadi kekuatan Banyuwangi, gotong royong dari semua pihak,” pungkasnya.