BanyuwangiPeristiwa

BMKG Bantah Cuaca Dingin Akibat Fenomena Aphelion

visfmbanyuwangi.com – Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) membantah penyebab cuaca dingin di beberapa wilayah di Indonesia termasuk di Banyuwangi pada awal 2022 ini karena Fenomena Aphelion seperti yang sempat viral lewat Boradcats WhatsApp, namun disebabkan karena factor lain.

Prakirawan BMKG Banyuwangi, Riski mengatakan, Fenomena Aphelion merupakan fenomena astronomis yang terjadi setahun sekali pada kisaran Juli, di mana posisi Matahari berada pada titik jarak terjauh dari Bumi.

“Aphelion tidak berpengaruh signifikan terhadap suhu di Bumi. Itu termasuk pada periode Bumi letaknya lebih dekat dengan Matahari (Perihelion),” ujar Riski.

“Penjelasan ini sekaligus membantah informasi dari broadcast WhatsApp yang sempat viral mengenai cuaca dingin di Indonesia, termasuk di Banyuwangi karena fenomena Aphelion,” paparnya.

Riski menambahkan saat Aphelion, posisi Matahari memang berada pada titik jarak terjauh dari bumi, namun kondisi tersebut tidak berpengaruh banyak pada fenomena atmosfer permukaan.

“Dengan begitu, cuaca dingin dalam beberapa hari terakhir bukan karena Aphelion, tetapi karena faktor-faktor lain di luar sebab Bumi berada di jarak terjauh dari Matahari,” kata Riski.

“Pada waktu yang sama, secara umum wilayah di Indoensia saat ini berada pada periode musim hujan dengan masa puncak terjadi pada Februari 2022,” tuturnya.

Hal ini menyebabkan seolah Aphelion membawa dampak ekstrem terhadap penurunan suhu. Padahal pada faktanya, kata Riski, penurunan suhu di masa pergantian tahun banyak disebabkan faktor di luar itu dan tidak ada pengaruhnya dengan Aphelion.

“Dengan masuknya puncak musim penghujan saat ini hingga Februari 2022 mendatang, dihimbau kepada seluruh masyarakat untuk selalu waspada dengan menjaga kesehatan serta imun tubuh. Selalu memantau info perkembangan cuaca melalui laman resmi BMKG,” jelas Riski.

“Setelah musim penghujan akan datang musim pancaroba selama 3 bulan, yang selanjutnya masuk musim kemarau,” tuturnya.

Sementara itu, dilansir dari situs Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), fenomena Aphelion merupakan keadaan dimana titik orbit Bumi terjauh dari Matahari. Fenomena Aphelion ini terjadi karena orbit bumi tidak melingkar dengan sempurna melainkan berbentuk elips.

Saat fenomena Aphelion terjadi, diameter matahari akan terlihat lebih kecil dibandingkan rata-rata, yakni sekitar 15,73 menit busur atau berkurang 1,68 persen. Selain itu, saat posisi matahari di utara, terjadi tekanan udara di belahan utara yang lebih rendah dibandingkan belahan selatan yang mengalami musim dingin.

Namun, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) menyebutkan posisi bumi yang berada pada titik terjauh dari matahari tidak akan berpengaruh pada suhu maupun panas yang diterima bumi. Panas dari matahari akan terdistribusi ke seluruh bumi, dengan distribusi yang juga dipengaruhi pola angin.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Back to top button